ZAMAN KEGELAPAN DI EROPA
Minggu, 07 Januari 2018
Edit
PUTRI  ELSA REFNESIA/17A/PIS
A.   Latar Belakang Lahirnya Zaman  Kegelapan
Sejarah Eropa memiliki bentangan waktu  yang panjang dimulai dari zaman paleolithikum ribuan tahun yang lalu. Secara  garis besar, sejarah Eropa dibagi menjadi 3 periode, yaitu: Eropa klasik, Eropa  pertengahan, dan Eropa modern.
Abad pertengahan adalah periode sejarah  yang terjadi di daratan Eropa yang ditandai sejak bersatunya kembali daerah  bekas kekuasaan Kekaisaran Romawi Barat pada abad ke-5 hingga munculnya monarkhi  � monarkhi nasional. Dimulainya penjelajahan samudera, kebangkitan humanisme,  serta reformasi Protestan dengan dimulainya Renaissance pada tahun 1517.
Abad pertengahan sering diwarnai dengan  kesan � kesan yang tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh banyaknya  kalangan yang memberikan stereotipe kepada abad pertengahan sebagai periode  buram sejarah Eropa mengingat dominasi kekuatan agama yang begitu besar  sehingga menghambat perkembangan ilmu pengetahuan, prinsip � prinsip moralitas  yang agung membuat kekuasaan agama menjadi begitu luas dan besar di segala  bidang.
Abad pertengahan merupakan abad  kebangkitan religi di Eropa. Pada masa ini agama berkembang dan mempengaruhi  hampir seluruh kegiatan manusia, termasuk pemerintahan. Sebagai konsekuensinya,  sains yang telah berkembang di zaman klasik dipinggirkan dan dianggap sebagai  ilmu sihir yang mengalihkan perhatian manusia dari pemikiran ketuhanan. Eropa  dilanda Zaman Kegelapan sebelum tiba Zaman Pembaharuan. Yang dimaksud Zaman  Kelam atau Zaman Kegelapan ialah zaman masyarakat Eropa menghadapi kemunduran  intelektual dan kemunduran ilmu pengetahuan Menurut Ensikopedia Amerikana,  zaman ini berlangsung selama 600 tahun, dan bermula antara zaman kejatuhan  Kerajaan Romawi dan berakhir dengan kebangkitan intelektual pada abad ke-15  Masehi.
Gelap juga dianggap sebagai tidak adanya  prospek yang jelas bagi masyarakat Eropa. Keadaan ini merupakan wujud kekuasaan  agama, yaitu gereja Kristiani yang sangat berpengaruh. Gereja serta para  pendeta mengawasi pemikiran masyarakat serta juga politik. Mereka berpendapat  hanya gereja saja yang pantas untuk menentukan kehidupan, pemikiran, politik  dan ilmu pengetahuan. Akibatnya kaum cendekiawan yang terdiri daripada ahli � ahli  sains merasa mereka ditekan dan dikawal ketat. Pemikiran mereka pun ditolak dan  timbul ancaman dari gereja, yaitu siapa yang mengeluarkan teori yang  bertentangan dengan pandangan gereja akan ditangkap dan didera, malah ada yang  dibunuh. segala keputusan pemerintah dan  hukum negara tidak diambil  berdasarkan demokrasi di parlemen seperti ketika zaman kekasiaran Roma.  Keputusan tersebut diambil oleh majelis dewan Gereja.Tidak setiap individu  berhak berpendapat, karena pada zaman itu yang berhak mengeluarkan  pendapat-keputusan adalah para ahli agama. (lihat perilaku kaum Salafy yang  kini justru meniru mereka) Bahkan segala sesuatu yang bertentangan dengan  penafsiran dewan gereja merupakan pelanggaran hukum berat.
Akibatnya setiap inovasi yang berasal  dari kaum ilmuan selalu digagalkan oleh dewan gereja. Ya itu tadi pokoknya bila  dewan gereja tidak paham dan tidak memiliki dasar argumen yang kuat di dalam  injil maka inovasi tersebut merupakan perkara pelanggaran agama berat. Salah  satu yang menjadi korbannya adalah Nicholas Coppernicus yang berakhir tragis akibat  teorinya yang mengataAkibat terlalu banyak intervensi dewan Gereja pada  sendi-sendi kehidupan, termasuk juga pelarangan terhadap temuan maupun inovasi  baru yang tidak ada pada injil maka akhirnya terjadi stagnasi secara multi  dimensi yang lambat laun berimbas pada timbulnya krisis multi dimensi. 
B. Zaman Kegelapan (Dark  Ages) 
Abad  kegelapan merupakan sebuah  zaman antara runtuhnya Kekaisaran Romawi dan Renaisannce atau munculnya kembali  peradaban lama. Dari masa sebelum masehi yang kental dengan Filsafat  Relativisme (Kebenaran) Sofisme Yunani Kuno, berlanjut ke apa yang kemudian  dinamakan Jaman Abad Pertengahan yang berlangsung lama, kurang lebih selama  lima belas Abad, dari sekitar Abad I sampai Abad XV M.
Masa ini disebut juga sebagai Era atau  masa Medieval atau juga Abad Kegelapan atau Dark Ages) dan dimulai setelah masa  Nabi Isa bin Maryam 'alaihis salam menapakkan kaki di muka Bumi dan berdakwah.  Beliau dikenal juga sebagai Isa bin (anak) Maryam, yang dengan sejumlah  perkecualian dan catatan perbedaan mendasar adalah hampir dapat dikenal sama  juga sebagai Yesus Kristus atau Yesus dari Nazareth dalam khazanah Kristen.
Kegemparan akan datangnya 'Yesus dari  Nazareth' yang tak memiliki ayah dan nasabnya ditahbiskan kepada Maryam  (Maria), ibunya, dan dalam hidup singkatnya menampilkan berbagai mukjizat  luar-biasa itu, mengguncang peradaban manusia di sekitarnya saat itu, dan  banyak orang yang kemudian berspekulasi akan kenyataan ini.Di masa ini, lahir  pula agama Kristen, dan ide-idenya mendominasi relung kehidupan masyarakat  Eropa dan pengikutnya, termasuk para Pemikirnya.Dan wajah peradaban Barat pada  Abad Pertengahan ini, karenanya, didominasi oleh Filsafat Kristen.
Filsafat Kristen atau Abad Pertengahan  ini, antara lain bertokohkan Filsuf Plotinus, (Santo atau Saint) Augustinus  atau Augustine, (Saint) Anselmus, Robert Grosseteste, Roger Bacon, Albert  Agung, Thomas Aquinas, dsb. Yang kesemuanya sepakat mengedepankan iman dogmatis  (tak boleh dibantahi) Kristiani, dan telaahnya pun bersifat religius-dogmatis.Akibat  pengaruh hebat dan dominan Agama Kristen yang didominasi oknum kaum Gerejawan  dan Monarki Baratnya dengan segala ragam tafsir dogmatisnya.Dan tak pelak  pemanfaatan Platonisme ala Yunani Kuno (dicetuskan Plato) yang mengajarkan  bahwa kebenaran itu sudah ada dengan sendirinya dan berpusat kepada Tuhan namun  berjenis dan berbungkus baru, yang disebut sebagai Neo-Platonisme, menjadi  gencar dan ditahbiskan sepenuhnya tanpa telaah kristis kepada iman Kristiani.  Ini, mau tak mau mendukung pula klaim dogmatis akan kebenaran Kristen.
Para ahli Filsuf dan Agamawan mereka di  saat itu karenanya teguh bermottokan "Credo et intelligam" atau "Keyakinan  (keimanan agama) berkedudukan di atas pemikiran (logika), keyakinan mengungguli  pemikiran" atau lebih mudahnya, "Yakini dulu sesuatu, baru carikan alasan untuk  menjelaskannya".
Maka, dengan sendirinya, Akal (di Barat)  benar � benar kalah pada masa ini (terutama terlihat pada isi Filsafat dari  Plotinus, Augustinus, Anselmus). Bahkan potensi pemanfaatan akal diganti mutlak  oleh Augustinus dengan Iman dogmatis, sebelum penghargaan terhadap potensi Akal  sempat muncul kembali kemudian pada masa Thomas Aquinas di akhir masa Abad  Pertengahan itu.
Dan karenanya pula, Aquinas kemudian  ditentangi hebat dan dibenci sebagian besar masyarakat gereja yang terlanjur  menjadi pendukung jalur hati iman Kristiani  yang dalam hal ini  sebagaimana telah disebutkan di atas adalah iman mutlak dogmatis kristiani yang  tidak mengindahkan telaah kritis akal.
Ini juga tak pelak menyebabkan masyarakat  Barat di masa itu secara luas menjadi percaya dan beriman dogmatis akan 'rasa  hati' (atau yang adalah agama, Kristen, lebih tepatnya Kristen Katolik, bagi  mereka), karena menurut mereka agama adalah rasa hati dan Filsafat adalah  pemikiran. Filsafat dan Agama itu sendiri, satu hal yang di masa sesudahnya  terutama masa Thomas Aquinas, dicoba untuk disatu-padukan namun menemui  sejumlah kendala sampai masa Modern merebak.
Keyakinan Kristiani yang mendominasi di  masa Abad Pertengahan ini, menjadikannya tidak boleh atau tidak mudah untuk  dapat dikritiki, sekaligus membuat kedudukan mereka yang berada dalam struktur  otoritas agamanya menjadi tinggi dan tak dapat disalahkan. Dan karenanya ini  juga membuat mereka makmur secara ekonomi juga sebagai pemegang mandat negara  dengan mandat Otokrasi dan Teokrasi Kristiani.
Dan kenyataan ini bagi sebagian orang  lain, misalnya rakyatnya yang mereka pimpin, artinya juga adalah  kesemena-menaan yang diorganisasikan. Kekuasaan absolut negara dan pusat-pusat  kesejahteraan masyarakat saat itu dipegang mutlak oleh Gereja dan Kerajaan,  dengan pajak sistem Feodalisme berdasarkan tafsir mereka terhadap iman  Kristiani dan bahwa Gereja adalah wakil Tuhan di Bumi dan bahwa sistem  pemerintahan yang terbenar adalah Kerajaan Kristiani penyokongnya. Golongan  Ksatria, dan Raja adalah pelindung rakyat dan rakyat harus membayar pajak  kepada mereka yang penafsirannya seringkali dianggap semena-mena oleh rakyat.
Tak pelak juga, maka, perkembangan  ilmu-pengetahuan yang biasanya berdasarkan kepada gelitikan pemikiran, rasa  penasaran, kebertanya-tanyaan  pemikiran pun menjadi lambat pula.  Pendeknya, potensi telaah akal pada masa ini dihambati.
Di saat Zaman Kegelapan, segala keputusan  pemerintah dan hukum negara tidak diambil berdasarkan demokrasi di parlemen  seperti ketika zaman Kekaisaran Romawi.Keputusan tersebut diambil oleh majelis  dewan Gereja.Tidak setiap individu berhak berpendapat, karena pada zaman itu  yang berhak mengeluarkan pendapat keputusan adalah para ahli agama.
Gagasan tentang Dark Age berasal dari  Petrarch (seorang humanis,cendekiawan dan penyair Italia) pada tahun 1330 � an.  Dia menulis tentang orang � orang yang hidup sebelum dia, ia berkata: "Di  tengah  kesalahan bersinar seorang genius, mata mereka melihat  dengan  tajam meskipun mereka dikelilingi oleh kegelapan yang sangat pekat".   Para penulis yang beragama Kristen, termasuk Petrarch sendiri telah lama  menggunakan kiasan "terang melawan gelap untuk menggambarkan kebaikan  melawan kejahatan". 
Petrarch adalah orang pertama yang menggunakan  kiasan dan memberikan makna sekuler dengan membalikkan penerapannya. Zaman  klasik telah lama dianggap sebagai zaman "gelap" karena kurangnya  kekristenan yang dilihat oleh Petrarch sebagai zaman "cahaya" karena  prestasi dan pencapaian kultural, sedangkan pada zaman Petrarch, diduga kurang  prestasi budaya sehingga Petrarch memandangnya sebagai zaman kegelapan (dark  age).
Abad pertengahan merupakan zaman dimana  Eropa sedang mengalami masa suram.Berbagai kreativitas sangat diatur oleh  gereja.Dominasi gereja sangat kuat dalam berbagai aspek kehidupan.Agama Kristen  sangat mempengaruhi berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.Seolah raja  tidak mempunyai kekuasaan, justru malah gereja lah yang mengatur pemerintahan.  Berbagai hal diberlakukan demi kepentingan gereja, tetapi hal-hal yang  merugikan gereka akan mendapat balasan yang sangat kejam. Contohnya, pembunuhan  Copernicus mengenai teori tata surya yang menyebutkan bahwa matahari pusat dari  tata surya, tetapi hal ini bertolak belakang dari gereja sehingga Copernicus  dibunuhnya.
Pemikiran manusia pada Abad Pertengahan  ini mendapat doktrinasi dari gereja.Hidup seseorang selalu dikaitkan dengan  tujuan akhir (ekstologi).Kehidupan manusia pada hakekatnya sudah ditentukan  oleh Tuhan.Maka tujuan hidup manusia adalah mencari keselamatan.Pemikiran  tentang ilmu pengetahuan banyak diarahkan kepada theology.Pemikiran filsafat  berkembang sehingga lahir filsafat scholastik yaitu suatu pemikiran filsafat  yang dilandasi pada agama dan untuk alat pembenaran agama.Oleh karena itu  disebut Dark Age atau Zaman Kegelapan.
Abad pertengahan merupakan abad  kebangkitan religi di Eropa.Pada masa ini agama berkembang dan mempengaruhi  hampir seluruh kegiatan manusia, termasuk pemerintahan.Sebagai konsekuensinya,  sains yang telah berkembang di zaman klasik dipinggirkan dan dianggap sebagai  ilmu sihir yang mengalihkan perhatian manusia dari pemikiran ketuhanan.
Eropa dilanda Zaman Kegelapan sebelum  tiba Zaman Pembaharuan. Yang dimaksud Zaman Kelam atau Zaman Kegelapan ialah  zaman masyarakat Eropa menghadapi kemunduran intelektual dan kemunduran ilmu  pengetahuan Menurut Ensikopedia Amerikana, zaman ini berlangsung selama 600  tahun, dan bermula antara zaman kejatuhan Kerajaan Romawi dan berakhir dengan  kebangkitan intelektual pada abad ke-15 Masehi.
Gelap juga dianggap sebagai tidak adanya  prospek yang jelas bagi masyarakat Eropa. Keadaan ini merupakan wujud kekuasaan  agama, yaitu gereja Kristiani yang sangat berpengaruh. Gereja serta para  pendeta mengawasi pemikiran masyarakat serta juga politik.
Mereka berpendapat hanya gereja saja yang  pantas untuk menentukan kehidupan, pemikiran, politik dan ilmu pengetahuan. Akibatnya  kaum cendekiawan yang terdiri daripada ahli � ahli sains merasa mereka ditekan  dan dikawal ketat. Pemikiran mereka pun ditolak dan timbul ancaman dari gereja,  yaitu siapa yang mengeluarkan teori yang bertentangan dengan pandangan gereja  akan ditangkap dan didera, malah ada yang dibunuh. segala keputusan pemerintah  dan  hukum negara tidak diambil berdasarkan demokrasi di parlemen seperti  ketika zaman kekasiaran Roma. Keputusan tersebut diambil oleh majelis dewan  Gereja.Tidak setiap individu berhak berpendapat, karena pada zaman itu yang  berhak mengeluarkan pendapat-keputusan adalah para ahli agama. (lihat perilaku  kaum Salafy yang kini justru meniru mereka) Bahkan segala sesuatu yang  bertentangan dengan penafsiran dewan gereja merupakan pelanggaran hukum berat.
Akibatnya setiap inovasi yang berasal  dari kaum ilmuan selalu digagalkan oleh dewan gereja. Ya itu tadi pokoknya bila  dewan gereja tidak paham dan tidak memiliki dasar argumen yang kuat di dalam  injil maka inovasi tersebut merupakan perkara pelanggaran agama berat. Salah  satu yang menjadi korbannya adalah Nicholas Coppernicus yang berakhir tragis  akibat teorinya yang mengatakan akibat terlalu banyak intervensi dewan Gereja  pada sendi-sendi kehidupan, termasuk juga pelarangan terhadap temuan maupun  inovasi baru yang tidak ada pada injil maka akhirnya terjadi stagnasi secara  multi dimensi yang lambat laun berimbas pada timbulnya krisis multi dimensi.
C. Faktor � factor Munculnya  Renaissance
Middle Age merupakan zaman dimana  Eropa sedang mengalami masa suram. Berbagai kreativitas sangat diatur oleh  gereja. Dominasai gereja sangat kuat dalam berbagai aspek kehidupan. Agama  Kristen sangat mempengaruhi berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Seolah  raja tidak mempunyai kekuasaan, justru malah gereja lah yang mengatur  pemerintahan. Berbagai hal diberlakukan demi kepentingan gereja, tetapi hal � hal  yang merugikan gereka akan mendapat balasan yang sangat kejam. Contohnya,  pembunuhan Copernicus mengenai teori tata surya yang menyebutkan bahwa matahari  pusat dari tata surya, tetapi hal ini bertolak belakang dari gereja sehingga  Copernicus dibunuhnya.
Pemikiran manusia pada Abad Pertengahan  ini mendapat doktrinasi dari gereja. Hidup seseorang selalu dikaitkan dengan  tujuan akhir (ekstologi). Kehidupan manusia pada hakekatnya sudah ditentukan  oleh Tuhan. Maka tujuan hidup manusia adalah mencari keselamatan.Pemikiran  tentang ilmu pengetahuan banyak diarahkan kepada Theology. Pemikiran filsafat  berkembang sehingga lahir filsafat  scholastik yaitu suatu pemikiran filsafat yang dilandasi pada agama  dan untuk alat pembenaran agama. Oleh karena itu disebut Dark Age atau Zaman Kegelapan.
Dengan adanya berbagai pembatasan yang  dilakukan pihak pemerintah atas saran dari gereja maka timbulah sebuah gerakan  kultural, pada awalnya merupakan pembaharuan di bidang kejiwaan,  kemasyarakatan, dan kegerejaan di Italia pada pertengahan abad XIV. Sebelum  gereja mempunyai peran penting dalam pemerintahan, golongan ksatria hidup dalam  kemewahan, kemegahan, keperkasaan dan kemasyuran. Namun, ketika dominasi gereja  mulai berpengaruh maka hal seperti itu tidak mereka peroleh sehingga timbullah  semangat renaissance.
Menurut Ernst Gombrich munculnya  renaissance sebagai suatu gerak kembali di dalam seni, artinya bahwa  renaissance tidak dipengaruhi oleh ide � ide baru. Misalnya, gerakan Pra � Raphaelite  atau Fauvist merupakan gerakan kesederhanaan primitif setelah kekayaan gaya  Gotik Internasional yang penuh hiasan.
Menurut Prancis Michel De Certeau  renaissance muncul karena bubarnya jaringan � jaringan sosial lama dan  pertumbuhan elite baru yang terspesialisasi sehingga gereja berusaha untuk  kembali mendesak kendali dan manyatukan kembali masyarakat lewat pemakaian  berbagai teknik visual dengan cara � cara mengadakan pameran untuk mengilhami  kepercayaan, khotbah-khotbah bertarget dengan menggunakan citra-citra dan  teladan-teladan dan sebagainya yang diambil dari pemikiran budaya klasik  sehingga dapat mempersatukan kembali gereja yang terpecah-belah akibat skisma (perang agama). 
Renaissance muncul dari timbulnya  kota-kota dagang yang makmur akibat perdagangan mengubah perasaan pesimistis (zaman Abad Pertengahan)  menjadi optimistis. Hal  ini juga menyebabkan dihapuskannya system stratifikasi sosial masyarakat  agraris yang feodalistik. Maka kebebasan untuk melepaskan diri dari ikatan  feodal menjadi masyarakat yang bebas.
Termasuk kebebasan untuk melepaskan diri  dari ikatan agama sehingga menemukan dirinya sendiri dan menjadi focus  kemajuan. Antroposentrisme menjadi  pandangan hidup dengan humanisme menjadi  pegangan sehari-hari. Selain itu adanya dukungan dari  keluarga saudagar kaya semakin menggelorakan semangat Renaissance sehingga menyebar ke  seluruh Italia dan Eropa.
D. Yunani pada Zaman  Kegelapan
Setelah sebagian besar istana Mykenai  hancur sekitar 1200 SM, tak terjadi pembangunan ulang. Satu dari sedikit istana  yang tidak ikut dihancurkan adalah istana di Athena. Meskipun demikian, bahkan  rakyat Athena pun mengalami masa � masa sulit selama beberapa ratus tahun  berikutnya. Pada masa ini, tidak ada raja, tidak ada penarikan pajak, tidak ada  perbaikan jalan, sehingga jalanan menjadi amat rusak dan tidak dapat dilalui  gerobak.
Kemungkinan banyak orang yang meninggal  karena sedikitnya populasi Yunani pada masa ini. Dalam hal ekonomi, masyarakat  Yunani menjadi amat miskin. Tampaknya tidak ada tukang tembikar, tukang sepatu,  atau perajin lainnya karena tidak ditemukan perhiasan emas di makam-makam dari  masa ini. Orang-orang mungkin harus membuat sendiri berbagai perlengkapan,  seperti guci, dan hasilnya pun tidak bagus. Tanpa emas, orang juga berhenti  berlayar ke negeri-negeri lain.
Saking buruknya kondisi Yunani saat itu,  suatu kaum di utara Yunani berhasil menyerbu Yunani dan menguasai banyak kota  Yunani. Kaum ini biasanya disebut sebagai bangsa Doria, sedangkan bangsa Yunani  Mykenai dari Zaman Perunggu disebut sebagai bangsa Ionia. Banyak orang Ionia  yang melarikan diri dari para penyerbu, atau dari masa-masa sulit di Yunani,  dan pergi ke tempat lainnya selama Zaman Kegelapan. Banyak di antaranya yang  pindah ke pesisir Turki, dan wilayah itu kemudian disebut Ionia karena banyak  orang Ionia yang tinggal di sana. Yang lainnya pindah ke pesisir Laut Hitam.  Sejumlah orang Yunani, atau orang yang seperti mereka, pindah ke Israel dan  kemudian disebut bangsa Filistin.
Ada pula hal-hal bagus yang terjadi  pada masa ini. Pengetahuan tentang cara membuat perlengkapan dari besi menyebar  dari Het ke seluruh Mediterania, sehingga kini bangsa Yunani dapat menempa  besi. Besi lebih kuat daripada perunggu. Selain itu besi juga lebih murah  karena dapat ditemukan di Yunani. Saking murahnya besi, orang miskin pun mampu  memperolehnya. Akibatnya kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin pada  masa ini tidak terlalu kentara.
Orang Yunani kuno terbagi menjadi tiga  kaum, bangsa Doria, Aiolia, dan Ionia. Sekitar 1100 SM, bangsa Doria yang  tinggal di utara, mulai menyerang Mikenai. Seluruh kota Mikenai dihancurkan dan  dijarah. Peradaban Mikenai akhirnya runtuh dan Yunani mengalami suatu periode  yang disebut Zaman Kegelapan Yunani.
Banyak teori mengenai penyebab  keruntuhan bangsa Mikenai. Bencana alam mungkin melemahkan ekonomi Mikenai,  yang bersandar pada pertanian, sehingga mereka digantikan oleh bangsa Doria.  Bangsa Doria mengembangkan perdagangan di penjuru Mediterania untuk  menggantikan ekonomi lama. Daerah Attika (termasuk Athena) mulai muncul sebagai  daerah yang dominan sebagai pusat perdagangan. Meskpin begitu, perubahan ini  tidak terjadi dengan cepat karena seluruh Yunani butuh pemulihan pasca  keruntuhan Mikenai. Namun kontak Yunani dengan bangsa dari luar ini membawa  dampak yang sangat drastis bagi masa depan Yunani.
Perubahan paling drastis di Yunani pada  periode ini adalah menghilangnya tulisan. Tidak ada catatan tertulis dari  periode ini, dan tulisan dari peridoe setelah ini amatlah berbeda dibandingkan  periode sebelum ini. Bangsa Doria menuturkan dialek yang berbeda dibanding  bangsa Mikenai, dan hanya sedikit diketahui mengenai bahasa mereka. Semua  dialek Yunani modern berakar dari Yunan Attika (Yunani Klasik), dengan satu  pengecualian: dialek Tsakonia, yang berasal dari dialek Doria.
Bangsa Doria melakukan kontak dengan  bangsa Funikia, bangsa penjelajah laut dari Levant. Bangsa Yunani lalu  mengadaptasi konsep alfabet dari bangsa Funikia dan terciptalah alfabet Yunani.  Alfabet Yunai tersebar melalui perdagangan ke seluruh Mediterania. Alfabet  Yunani ini adalah yang pertama mempergunakan huruf vokal. Setelah sekian lama,  akhirnya tulisan kembali ada di Yunani.
Bangsa Doria suka berperang. Seiring  Yunani memasuki Zaman besi, maka besi pun secara luas dipakai untuk membuat  senjata, menggantikan penggunaan perunggu. Dengan besi, senjata menajdi lebih  murah, lebih kuat, dan lebih efektif dalam pertempuran. Pada periode ini,  pasukan infantri menjadi sangat populer, dan Hoplite adalah nama untuk prajurit  infantri Yunani kuno.
Bangsa Doria tidak menaklukan setiap  wilayah menjadi wilayah mereka, sehingga pada Zaman Kegelapan, polis atau negara kota, mulai  berkembang. Daerah Yunani yang berpegunungan menjadikan sulit untuk meunculnya  satu kekuasaaan tunggal yang meliputi seluruh Yunani. Akibatnya kota � kota  menguasai lanskap di sekelilingnya, dan menjadi unit politik mandiri. Setiap  negara kota secara alami dilindungi oleh gunung di dekatnya.
Setelah Invasi Doria, sistem  pemerintahan kerajaan muncul hampir di semua negara kota. Walaupun raja  memegang posisi keagamaan yang tinggi, namun tidak dalam pemerintahan. Sebagian  besar pemerintahan di beberapa polis didominasi oleh aristokrasi. Tiran juga muncul pada peridoe  ini. Seorang Tiran adalah aristokrat yang memperoleh cukup kekuasaan untuk  mengendalikan polis. Mereka didukung oleh pasukan hoplite pribadi, dan membuat  pemerintahan otokrasi
Meskipun gunung � gunung menyebabkan  Yunani sulit bersatu, namun polis � polis saling berbagi budaya, agama, dan  bahasa yang sana. Pada peridoe inilah, orang Yunani mulai mengidentifikasi diri  mereka sebagai bangsa Hellen. Meskipun berada pada polis yang berbeda, orang  Hellen menuturkan bahasa yang sama, berpakaian dengan gaya yang sama, dan  membuat arsitektur dengan gaya yang sama. Hal inilah yang menyatukan mereka  sebagai bangsa Hellen.
DAFTAR PUSTAKA
M.  Abdul Karim, 2007. Sejarah Pemikiran dan  Peradaban Islam, Yogyakarta ; Pustaka Book
Bron,  Alison, 2009. Sejarah Renaisans Eropa, Yogyakarta  ; Kreasi Wacana