PERISTIWA PERANG SEKIGAHARA (1600) DI JEPANG
Minggu, 07 Januari 2018
Edit
RAIZA NANDA PRATAMA/PIS/O17/B
Perang  Sekigahara 21 Oktober 1600 di Jepang Pertempuran besar antara klan Tokugawa yang  dipimpin oleh Tokogawa Leyasu melawan Toyotomi yang dipimpin oleh Ishida  Mitsunari. Pertempuran ini sendiri dapat dikategorikan sebagai sebuah upaya  perebutan kekuasaan atas Jepang, pasca meninggalnya Toyotomi Hideyoshi. 
Pertempuran  dimenangkan oleh klan Tokogawa sehingga memuluskan langkah mereka untuk  membangun Keshogunan Tokugawa sebagai penguasa tunggal di Jepang. Dikemudian hari,  beberapa kalangan menyebut pihak Tokugawa sebagai pasukan Jepang Timur. Sedangkan  pihak Toyotomi dikenal dengan  pasukan Barat.  Karena pertempuran Sekigahara merupakan  kunci dari rangkaian perebutan kekuasaan  antara Tokugawa dan Toyotomi, maka perempuran ini kerap disebut-sebut sebagai penentu  kepemimpinan atas Jepang.
A.  Latar  Belakang 
Setelah tewasnya Oda Nobunaga seorang  panglima perang yang telah berhasil menyatukan Jepang, oleh pengkhianatan salah  seorang pengikutnya sendiri. Kekuasaan atas Jepang langsung jatuh kepada Klan  Toyotomi yang telah berhasil menstabilkan kembali seluruh wilayah Jepang. Namun  pemerintahan klan Toyotomi terlihat seperti mengabaikan adanya pertentangan  yang terjadi antara fraksi meliter dari pemerintahan melawan para birokrat  pemerintahan. Kubu fraksi meliter lebih pro kepada pemerintah, umumnya terdiri  dari para komandan meliter yang pernah diturunkan dalam perperangan untuk  menaklukan dinasti Joseon di Korea.
Akan tetapi bentrokan langsung antara  fraksi meliter melawan kubu birokrat sebenarnya masih saling menahan diri  karena keberadaan Toyotomi Hideyoshi dan adiknya Toyotomi Hidenaga, yang saat  itu memegang kekuasaan kepemerintahan. Tensi politik  pemerintahan dalam negeri Jepang makin memanas  saat pasukan Jepang terpaksa ditarik mundur dari Korea, serta meninggalnya  Toyotomi Hidenaga pada 1591. Dan kesehatan Toyotomi Hideyoshi yang telah  berusia semakin mengkhawatirkan.
Menjelang akhir hayatnya, Toyotomi Hideyoshi  masih sempat untuk mengambil sumpah setia terhadap para petinggi pemerintahan  yang cukup dipercayai  yang terdiri dari  lima menteri dan lima pelaksana administrasi untuk membantu pemerintahan yang  akan diteruskan oleh Toyotomi Hideyori yang masih masih berusia belia. Pertentangan  dikalangan militer pengikut Hideyoshi mencuat kepermukaan sejak wafatnya  Toyotomi Hideyoshi pada bulan Agustus 1598 di Istana Fushimi.
Tokugawa  Leyasu merupakan salah satu anggota dari dewan lima menteri yang menjadi tokoh  yang sangat berpengaruh. Leyasu mengatur pembagian wilayah untuk para daimyo  berikut nilai kokudaka untuk setiap wilayah. Ieyasu juga menghapus pelarangan  ikatan perkawinan di antara keluarga para daimyo yang berlaku pada zaman  pemerintahan Hideyoshi. Maeda Toshiie yang bertentangan dengan Tokugawa Ieyasu  juga diharuskan menandatangani perjanjian non-agresi dengan Leyasu. Setelah  Maeda Toshiie wafat di bulan Maret tahun berikutnya (1599), bentrokan  bersenjata terjadi antara faksi birokrat pimpinan Ishida Mitsunari dan faksi  bersenjata pimpinan kelompok Kato Kiyomasa, Fukushima Masanori dan 7 komandan  militer. 
Ishida  Mitsunari kabur bersembunyi ke rumah kediaman Leyasu dan dituduh Leyasu  bertanggung jawab atas terjadinya bentrokan. Ishida Mitsunari lalu dipecat  sebagai anggota pelaksana pemerintahan dan dikenakan tahanan rumah di Istana  Sawayama. Ada pendapat yang meragukan cerita Ishida Mitsunari yang kabur  bersembunyi di rumah kediaman Ieyasu, karena peristiwa ini tidak didukung bukti  sejarah yang kuat. Kekuatan penentang Tokugawa Ieyasu tamat dengan habisnya  karier politik Ishida Mitsunari dan kepulangan para anggota dewan lima menteri  ke daerah masing-masing. Tokugawa Ieyasu yang tidak lagi mempunyai lawan  politik memimpin pasukan dari Istana Fushimi untuk berangkat ke Osaka dan  memimpin pemerintahan dari Istana Osaka .
Tokugawa  Leyasu kemudian berusaha merebut kekuasaan pemerintah dengan cara memanfaatkan  pertentangan antara faksi militer dan faksi birokrat di dalam pemerintahan  Toyotomi yang semakin melemah. Akibat terungkapnya rencana pembunuhan Tokugawa  Ieyasu yang didalangi Maeda Toshinaga (putra pewaris Maeda Toshiie), anggota  dewan lima pelaksana pemerintahan yang terdiri dari Asano Nagamasa, Ono  Harunaga dan Hijikata Katsuhisa ikut menjadi tersangka sehingga dipecat dan  dikenakan tahanan rumah. Pasukan Toyotomi yang dibawah perintah Ieyasu berusaha  menangkap Maeda Toshinaga yang dituduh sebagai dalang pemberontakan. Atas  tuduhan pemberontakan ini, Maeda Toshinaga menunjukkan bahwa dirinya merupakan  pengikut pemerintah Toyotomi yang setia dengan memberikan ibu kandungnya  Hoshun-in (Matsu) kepada Ieyasu untuk disandera.
Memasuki  tahun 1600, Tokugawa Ieyasu menggunakan kesempatan kaburnya Fujita Nobuyoshi  (mantan pengikut klan Uesugi) untuk mengkritik Uesugi Kagekatsu penguasa Aizu  yang dituduh telah memperkuat diri secara militer. Leyasu juga memperingatkan  kemungkinan Uesugi Kagekatsu bertujuan menyerang Kyoto sekaligus meminta  Kagekatsu untuk datang ke Kyoto untuk menjelaskan duduk persoalan.
Penasehat  Kagekatsu yang bernama Naoe Kanetsugu menolak tuduhan Leyasu, tetapi pasukan  pemerintah Toyotomi mulai menyerang posisi Kagekatsu. Tokugawa Ieyasu yang  ditunjuk sebagai panglima gabungan memimpin pasukan para daimyo yang loyal  terhadap Toyotomi untuk menuju ke wilayah kekuasaan Uesugi di Aizu . Sepeninggal  Leyasu yang berangkat ke Aizu, Ishida Mitsunari yang selesai dikenakan tahanan  rumah kembali berkelompok dengan Otani Yoshitsugu , anggota dewan pelaksana  administrasi Mashida Nagamori dan Ankokuji Ekei . Kelompok Mitsunari mendapat  dukungan militer dari pasukan Mori Terumoto yang bersama-sama membentuk Pasukan  Barat. Kelompok Mitsunari berencana untuk menyandera istri dan anak-anak para  daimyo pengikut Ieyasu sebelum mengangkat senjata melawan pasukan Leyasu.
Ieyasu  menyadari pergerakan militer Mitsunari sewaktu berada di Oyama (provinsi  Shimotsuke) berdasarkan laporan pengikutnya yang bernama Torii Mototada yang  tinggal di Istana Fushimi. Leyasu yang sedang dalam perjalanan untuk  menaklukkan Uesugi Kagekatsu di Aizu segera membatalkan rencana menyerang  Kagekatsu. Leyasu lalu mengadakan pertemuan dengan para daimyo pengikutnya  mengenai strategi menghadapi Ishida Mitsunari. Pertemuan ini dikenal sebagai Perundingan  Oyama . Daimyo seperti Sanada Masayuki dan Tamaru Tadamasa melepaskan diri dari  pasukan Ieyasu, tetapi sebagian besar daimyo ternyata memutuskan untuk terus  mendukung Ieyasu. Pasukan Ieyasu kemudian menuju ke arah barat untuk kembali ke  Kyoto.
B.  Rangkaian  Pertempuran Sebelum Sekigahara
pada  2 Juli 1600, Ishida Mistunari mencium pergerakan pasukan milik Otani Yoshitsugu  yang terlihat hendak bergabung dengan pasukan leyasu, Namun atas kecerdasannya  dalam bernegoisiasi, Mitsunari pada akhirnya berhasil membujuk Otani Yoshitsugu  untuk berbalik mendukung kelompok Mitsunari. Beberapa hari kemudian, 12 Juli  1600, kelompok Ishida Mitsunari  lantas bersepakat  untuk mengangkat Mori Terumoto sebagai panglima tertinggi Pasukan Barat. Tak  lama kemudian pasukan barat juga mendirikan beberapa pos pemeriksaan untuk menghentikan  laju pasukan yang bergabung dengan leyasu 
pada  17 Juli 1600, sesaat setelah menyatakan perang terhadap pihak leyasu, pasukan Mitsunari  lantas melancarkan serangan ke Istana Fushimi yang menjadi salah satu benteng  dari pasukan timur. Saat itu Istana Fushimi dipertahankan secara mati-matian oleh  salah satu pengikut layesu, yang bernama Torii Matotada. Setalah berhasil  menahan gempuran pasukan musuh selama berminggu-minggu pasukan leyasu pun  akhirnya menyerah pada 1 Agustus 1600.
 Sepanjang bulan Agustus 1600, rangkaian  kemenangan seakan terus berpihak kepada pada pasukan Ishida Mitsunari. Dibulan ini,  secara berturut-turut beberapa istana benteng pertahanan milik kubu  pasukan  timur telah dapat dikuasai  pasukan barat, beberapa benteng juga sudah dapat ditaklukan oleh pasukan  Mitsunari. Selanjutnya  pada 10 Agustus  1600, pasukan Mitsunari yang berniat untuk menyerang perfektur Mino, lantas memindahkan  basis pasukannya dari istana Sawayama berpindah ke Istana Ogaki.
Di  lain pihak, pasukan Timur juga berusaha untuk maju ke arah barat melalui  jalur  tokaido. Sementara itu pergerakan  pasukan Timur yang melalui jalur Tokaido   ini tidak dipimpin oleh Leyasu yang berada di kota Edo. Pimpinan pasukan  perang dipegang oleh Fukushima Masanori dan Ikeda Terumasa, dan berhasil  menaklukan benteng Istana Gifu pada 23 Agustus 1600. Saat itu Leyasu yang  sedang berada ditengah kota Edo, juga berusaha mengirimkan surat kepada para  daimyo agar tidak bergabung dengan pihak pasukan barat. Dan pasca jatuhnya  istana Gifu , Leyasu bersama dengan 30.000 prajuritnya, bergerak kearah barat, Leyasu  memerintahkan prajuritnya untuk fokus bergerak menuju perfektur Mino. 
C.  Perang  Sekigahara
 Pada 14 September 1600, sehari sebelum  meletusnya pertempuran Sekhigahara, Leyasu   bersama rombongan pasukan yang Ia pimpin akhirnya dapat bergabung dengan  anggota pasukan Timur lainnya di Akasaka, dekat Gunung Oka. Sedangkan di lain  pihak, Ishida Mitsunari dan para panglima perangnya akhirnya memutuskan untuk  keluar dari istana Ogaki dan menuju ke Sekigahara. Maka pada 15 September 1600,  rombongan pasukan Barat sudah bertemu dengan pasukan Timur. Diceritakan bahwa  pada saat itu Pasukan Timur yang dipimpin oleh Leyasu bejumlah 74.000 prajurit,  sedangkan pasukan Barat yang dipimpin oleh Mitsunari terdiri dari 82.000 prajurit.  Maka di lembah sempit Sekhigara telah terkumpul sekira 150.000 orang prajurit yang  telah sama-sama siap untuk menumpahkan darah lawan mereka
Dikisahkan pada saat menit-menit awal  perang, kedua belah pihak terkesan saling menunggu untuk melancarkan serangan,Mereka  sama-sama memilih diam, mempertahankan posisi pasukan dalam kesunyian, karena  saat itu kabut tebal tengah menyelimuti lembah Sekigahara. Mereka sama-sama  tidak mau melakukan tembakan pertama, karena dikhawatirkan hal itu malah akan  membongkar posisi formasi pasukan mereka sendiri.
Setelah kondisi kabut mulai menipis,  sekelompok kecil pasukan dari pihak Timur yang dipimpin oleh Matsudaira Todayoshi  memutuskan untuk melepaskan tembakan ke arah kelompok pasukan utama pasukan  Barat yang dipimpin oleh Ukita Hidie. Tembakan dari pasukan Timur inilah yang  lantas menandai meletusnya perang Sekhigahara. Pertumpahan darah pun tidak  dapat dihindari. Kedua pasukan saling menyerang tanpa ampun. Kekuatan kedua  kubu yang  seimbang, serta kondisi medan  pertempuran yang relatif sempit menyebabkan prajurit yang saking berdesakan dan  sukit bermanufer dengan bebas.
Beberapa jam pertempuran telah  berlangsung Ishida Mitsunari lantas menyalakan sinyal asap untuk memanggil pasukan  dari pihak batas yang belum bertempur. Mitsunari bahkan sampai mengirim kurir  agar pasukan Barat yang lain agar segera bertempur. Akan tetapi diluar dugaan,  ternyata beberapa kelompok pasukan Barat urung untuk  terjun dalam pertempuran. Kelompok pasukan pimpinan  Shimizu menolak untuk ikut bertempur dengan alasan menhindari korban jiwa yang  besar dari pasukannya. Sedangkan Mori Terumoto salah seorang petinggi meliter  yang bersekutu dengan Mitsunari, juga memutuskan untuk balik arah setelah  dihalangi oleh Kikawa Hiroie. Belakangan diketahui juga bahwa ternyata  Kikawa Hiroie telah menjalin kesepekatan dengan  leyasu sebelum meletusnya perang.
Meskipun beberapa kelompok prajurit  dari anggota pasukan Barat memutuskan untuk urung bertempur, namun ada satu faktor  vital yang akhirnya menentukan hasil akhir perperangan, dan itu adalah aksi  perang pengkhianatan yang dilakukan oleh pasukan pimpinanan Koboyakawa Hideaki.  Kobowoyakawa Hideaki adalah salah satu petinggi militer dari pihak Barat yang  memiliki jumlah pasukan yang lumayan besar. Namun sebelum peperangan meletus, Hideaki  dan Leyasu telah membuat persengkokolan untuk melemahkan pasukan Barat, dan  dihari pertempuran selepas tengah hari, setelah sebelumnya terlihat masih  ragu-ragu, Hideaki akhirnya memantapkan diri untuk membawa pasukan yang Ia pimpin  berbalik arah dengan memihak kubu pasukan Timur.
Semua rencana yang tidak berjalan  semestinya, serta rapuhnya loyalitas pemimpin pasukan yang berdiri di pihak  Mitsunari, telah mengakibatkan kekalahan besar pasukan Barat dalam perang Sekigahara.  Sebagian besar pasukan Barat telah banyak tewas atau menjadi tawanan pihak  pasukan Timur., sedang beberapa sisanya tercerai berai dan ada juga yang  memutuskan untuk melarikan diri dan medan pertempuran.
Pasca peretempuran Sekigahara,  pimpinan pasukan Barat termasuk Ishida Mitsunari tertangkap oleh pasukan Timur  pada 21 september 1600, sedangkan Konishi Yukinaga tertangkap pada 19 september  1600, dan Ankokuji Ekei menyusul kemudian pada 23 september 1600. Ketiga pentolan  pasukan barat ini lantas diarak mengelilingi kota  Osaka dan Sakai, sebelum dibawa ke Kyoto. Mereka  bertiga kemudian diputus eksekusi mati di Rokujogawara yang terletak di pinggir  Sungai Kamo, di Kyoto.
Sedangkan Toyotomi Hideyori yang  sedari awal adalah pewaris yang sah dari Toyotomi Hideyoshi, dan seharusnya  menjadi penguasa Jepang. Makin tersisih  posisinya , Tokugawa Leyasu lantas hanya memberikan jabatan setingkat daimyo  kepada Toyotomi Hideyori.
Berikutnya, pada tahun 1603, Tokugawa  Leyasu lantas diangkat menjadi pemimpin besar meliter bergelar Seitaishogun. Berbekal  status barunya itu, makin memudahkan Tokugawa untuk menguasai seluruh Jepang di  bawah Keshogunan Tokugawa dengan pusat kekuasaan-nya di Kota Edo (Tokyo).
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, Oryza dan H Kenzou Alvarendra. 2017. Perang-Perang Terhebat Sepanjang Sejarah  . Yogyakarta: Cemerlang Publishing.