Amerika dan perang Pasifik
Minggu, 07 Januari 2018
Edit
Savitriani/PIS/A
Menjelang  Perang Dunia II, tentara Amerika Serikat bergerak maju di Pasifik. Walau  pasukan Amerika Serikat dipaksa menyerah di Filiphina di awal 1942, tentaa  sekutu menyerbu dibulan-bulan berikutnya. Pada bulan April, Jenderal James  "Jimmy" Doolittle memimpin pasukan pengebom Amerika Serikat menyerang Tokyo.  Secara militer serangan ini kecil saja dampaknya, namun di sisi lain memberi  rakyat Amerika dorongan psikologi yang besar. Dalam Pertempuran Laut Karang yang  berlangsung bulan berikutnya* � pertempuran laut pertama dimana seluruh  pertarungan dilakukan oleh pesawat yang lepas landas dari kapal induk �  angkatan laut Jepang menderita kerugian besar sehingga mereka terpaksa  membatalkan ide untuk menyerbu Australia. Pertempuran Midway di bulan Juni  ditengah-tengah Samudra Pasifik menjadi titik balik bagi sekutu, dimana tentara  Jepang untuk pertama kali kalah besar. Jepang kehilangan 4 kapal induk sehingga  langkahnya menyebrangi Pasifik tengah terhenti. 
Pertempuran  lain-lain juga ikut menyumbang kesuksesan Sekutu. Guadalcanal, sebuah  kemenangan yang menentukan buat Amerika Serikat di bulan November 1942,  menandai aksi ofensif pertama Amerika Serikat di Pasifik Selama 2 tahun  berikutnya, pasukan Amerika dan Australia yang mencari jalan untuk bergerak  kearah utara sejajar "tangga" kepulauan Pasifik, berhasil menguasai Kepulauan  Solomon, Gilbert, Marshall, Mariana dan Bonin melalui serangan amfibi. 
I.             Politik perang
Aksi  militer Sekutu tersebut dibarengi dengan serangkaian pertemuan penting  internasional tentang sasaran politis perang. Pertemuan pertama berlangsung  pada Agustus 1941, antara Presiden Roosevelt dan perdana Menteri Inggris  Winston Churchill. Saat itu Amerika Serikat belum terlihat aktif dalam  peperangan dan situasi militer tampak suram.
Bertemu  diatas kapal persiar dekat Newfoundland, Kanada, Roosvelt dan Chruchill  mengeluarkan piagfam Atlantik (Atlantik Charter). Lewat piagam ini mereka  menyatakan mendukung tujuan-tujuan berikut: 
a.       Tak  ada perluasan wilayah
b.      Tak  ada perubahan wilayah tanpa persetujuan orang-orang terkait
c.       Hak  rakyat untuk memilih bentuk pemerintahan mereka sendiri
d.      Pemulihan  pemerintahan mandiri di Wilayah yang kehilangan hal tersebut
e.       Kerjasama  ekonomi antara semua Negara
f.       Bebas  dari perang, ketakutan dan kekurangan bagi rakyat
g.      Kebebsan  di laut
h.      Tidak  menggunakan tentara sebagai alat kebijakan internasional.
Pada bulan  Januari 1943, di Casablanca, Maroko, sebuah konferensi Anglo-Amerika memutuskan  bahwa perdamaian takkan tercapai dengan Poros dan antek-anteknya di Balkan  kecuali mereka "menyerah tanpa syarat". Syarat yang ditetapkan oleh Roosevelt,  dilakukan untuk meyakinkan rakyat dari semua Negara yang berperang bahwa taka  da perundingan damai yang dilakukan secara terpisah dengan perwakilan-perwakilan  Fasisme dan Nazisme; bahwa taka da tawar-menawar dalam bentuk apa pun oleh  perwakilan semacam itu untuk menyelamatkan sisa-sisa kekuasaan merek; bahwa  sebelum syarat perdamaian diterapkan kepada Jerman, Italia, dan Jepang, para  penguasa militer mereka harus mengakui kekalahan mereka sepenuhnya dihadapan  dunia.
Di Kairo,  tanggal 22 November 1943, Roosevelt dan Churchill bertemu dengan pemimpin  Nasionalis Cina Chiang Kai-shek untuk menyepakati syarat-syarat terhadap  Jepang, termasuk menyerahkan hasil-hasil dari agresi di masa silam. Di Teheran,  tanggal 22 November, Roosevelt, Churchill, dan pemimpin Soviet Joseph Stalin  sepakat untuk membangun organisasi internasional baru, yaitu perserikatan  bangsa-bangsa (PBB). Pada bulang Februari 1945, mereka bertemu lagi di Yalta,  saat kemenangan sudah di tangan, dan membuat sejumlah kesepakatan lainnya.  Disana, Uni Soviet secara rahasia setuju untuk ikut campur melawan Jepang tak  lama setelah Jerman menyerah. Perbatasan sebelah timur Polandia ditetapkan di  sekitar garis Curzon pada tahun 1919. Setelah sejumlah diskusi tentang biaya  perbaikan yang akan dibebankan ke Jerman-Stalin menghendaki pembayaran, satu  hal yang ditentang Roosevelt dan Churchill- keputusan itu ditunda. Pengaturan  secara spesifik dibuat mengenai pendudukan sekutu di Jerman, serta pengadilan  dan hukuman bagi para penjahat perang.
Di Yalta jugalah  disepakati bahwa para anggota Dewan Keamanan PBB diberi hak veto bila ada  keputusan yang mempengaruhi keamanan mereka. 
Dua bulan  setelah kepulangannya dari Yalta, Franklin Roosevelt meninggal akibat  pendarahan otak saat berlibur di Georgia. Tak banyak tokoh dalam sejarah  Amerika Serikat yang kepergiannya begitu membuat duka, dan untuk beberapa waktu  rakyat Amerika merasa kehilangan seseorang yang tak tergantikan. Wakil Presiden  Harry Truman, mantan senator dari Missouri, naik menjadi presiden. 
II.             Perang, Kemenangan Dan Bom
Perang di  Pasifik terus berlanjut setelah Jerman menyerah, dan pertempuran-pertempuran  pamungkas disana terhitung yang palin dahsyat. Di awali pada bulan Juni 1944  Pertempuran Laut Filipina meluluh lantahkan Angkatan Laut Jepang, Memaksa  Perdana Mentri Jepang Tojo mundur dari jabatannya. Jendral Douglas MacArthur -  yang dua tahun sebelumnya dengan enggan meninggalkan Filipina agar tidak ditangkap  Jepang � dating kembali ke kepulauan tersebut pada bulan Oktober, memuluskan  jalan buat Angkatan Laut Amerika Serikat. Pertempuran Teluk Leyte berakhir  dengan kekalahan nyata Angkatan Laut Jepang, dan membalikkan kendali perairan  Filipina ke tangan sekutu. 
Pada Februari  1945, tentara Amerika Serikat telah mengambil alih Manila. Amerika Serikat  mengincar Pulau Iwo Jima di Kepulauan Bonin, yang terletak di tengah-tengah  antara Kepulauan Mariana dan Jepang. Namun Jepang ngotot mempertahankan pulau  tersebut dengan memanfaatkan gua-gua alami dan dataran berkarang. Pengeboman  Amerika Serikat mendapat perlawanan keras Jepang di darat dan serangan bunuh  diri kamikaze di utara. Pasukan  Amerika Serikat merebut pulau tersebut pada pertengahan Maret, namun harus  kehilangan 6.000 nyawa marinirnya, sementara itu hamper seluruh tentara Jepang  tewas. Sejak saat itu Amerika Serikat memulai serangan udara besar-besaran  kepelabuhan dan bandara di Jepang. Dari Mei hingga Agustus, Angkatan Udara  ke-20 melancarkan gelombang serangan kepulauan Jepang. 
Kepala  pemerintahan Amerika Serikat, Inggris, dan Soviet bertemu di Postdam, sebuah  daerah dipinggir kota Berlin, mulai 17 Juli hingga 2 Agustus 1945 untuk  membahas operasi melawan Jepang, kesepakatan damai di Eropa, dan kebijakan  untuk masa depan Jerman. 
Konferensi  tersebut sepakat untuk membantu pendidikan ulang bagi generasi Jerman yang di  besarkan dalam ajaran Nazisme dan menetapkan prinsip-prinsip umum untuk  pembangunan kembali kehidupan politik yang demokratis di Negara tersebut. Para  anggota konferensi juga membahas klain perbaikan yang dibebankan kepada Jerman,  dan bersepakat untuk mengadili para pemimpin Nazi yang dituduh melakukan  kejahatan terhadap kemanusiaan, serta dan membantu memindahkan lahan industry  dan property yang dilakukan Uni Soviet. Namun, klain Soviet, yang sudah  diajukan di Yalta, untuk perbaikan sebesar $10 miliyar tetap jadi kontroversi.
Sehari menjelang  Konferensi Postdam mulai, sebuah bom atom diledakkan di Alamogordo, New  Mexico.peristiwa ini menandai titik puncak risetintensif selama 3 tahun di  sebuah laboratorium di seluruh penjuru Amerika Serikat yang dikenal dengan nama  Proyek Manhattan (The Manhattan Project). Presiden Truman, yang memperhitungkan  bahwa bom atom bisa memaksa Jepang menyerah lebih cepat dengan jumlah korban  lebih sedikit dibandingkan infansi darat, memerintahkan penggunaan bom tersebut  bila Jepang tidak menyerah juga hingga tanggal 3 Agustus. Sekutu mengumumkan  Deklarasi Postdam pada tanggal 26 Juli, menjanjikan tidak akan menghancurkan  atau memperbudak Jepang bila mereka menyerah; namun, bila tidak, Jepang akan  menjumpai "kehancuran total." 
Sebuah komite  terdiri dari pejabat militer, pejabat politik, serta ilmuan Amerika Serikat  memprtimbangkan sasaran senjata baru tersebut. Truman telah menuliskan bahwa  hanya intalasi militer yang boleh diserang. Mentri Perang Henri L.Stinson,  misalnya, sukses berargumentasi bahwa Kyoto, ibukota kuno Jepang dan tempat  penyimpanan sejumlah besar kekayaan Negara dan agama, tidak dijadikan sasaran.  Hiroshima, pusat industry perang dan operasi militer, akhirnya terpilih.
Tanggal 6  Agustus, pesawat Amerika Serikat, Enola  Gay menjatuhkan bom atom kekota Hiroshima. Tanggal 8 Agustus, bom atom ke  dua dijatuhkan, kali ini di Nagasaki. Bangsa Amerika lega karena bom tersebut  mempercepat proses berakhirnya perang; kesadaran akan daya hancurnya yang luar  biasa baru muncul kemudian. Tanggal 14 Agustus, Jepang menyetujui syarat-syarat  di Postdam. Tanggal 2 September 1945, Jepang secara resmi menyerah. 
Pada bulan  November 1945 di Nurenberg, Jerman, pengadilan pidana para pemimpin Nazi yang  di usulkan di Postdam berlangsung. Dihadapan para juri terkemuka dari Inggris,  Prancis, Uni Soviet, dan Amerika Serikat, para pemimpin Nazi ini tidak hanya  didakwa merencanakan dan mengorbankan perang, tetapi juga melanggar hokum  perang dan kemanusiaan dengan genosida yang sistematis, yang dikenal dengan  Holocaust , terhadap Yahudi, Eropa, dan kelompok-kelompok lainnya. Pengadilan  berlangsung lebih dari 10 bulan dan menghasilkan vonis bersalah terhadap  seluruh terdakwa, kecuali 3 orang. 
Salah satu  keputusan paling jauh jangkauannya mengenai bentuk dunia pasca perang terjadi  pada tanggal 25 April 1945, menjelang berakhirnya perang di Eropa, walau  konflik masih berkecamuk di Pasifik. Perwakilan dari 50 negara bertemu di San  Fransisco, California, untuk mendirikan kerangka kerja PBB. Konstitusi yang  mereka rancang menggambarkan garis besar organisasi dunia dimana  perbedaan-perbedaan internasional dapat di bicarakan secara damai, serta adanya  tekad bersama memerangi kelaparan dan penyakit. Sangat berbeda dengan  penolakannya terhadap keanggotaan Amerika Serikat di Liga Bangsa-Bangsa serta  Perang Dunia I, Senat Amerika Serikat langsung meratifikasi Piagam PBB dengan  suara 89 berbanding 2. Langakh ini memastikan akhir semangat menutup diri  sebagai elemen dominan kebijakan luar negeri Amerika dan memberi isyarat bahwa  Amerika Serikat berniat mengambil peran penting dalam urusan internasional.
Daftar Pustaka
Ford Motor, Bettman; peristiwa  sejarah amerika, universitas riau
Michael  Kerrigan; Sejarah Gelap Presiden Amerika Serikat; Elex Media Komputindo