Pemberontakan Drus (1925-1927)
Minggu, 07 Januari 2018
Edit
Levyance  Ramandha/PIS
Bangsa Druze menganggap diri mereka sebagai  "Mowahhidoon" (jamak) atau "Mowahhid" (tunggal) yang  berarti monotheis atau percaya pada satu Tuhan. Pada umumnya mereka disebut  "orang Druze", diambil dari nama el-Drzi, salah seorang pemimpin  agama terkemuka suku Druze di masa lalu. Beberapa sumber menyatakan bahwa orang  Druze bukan keturunan suku apa pun sebelum menganut kepercayaan al-Hakim,  seorang khalifah muslim. Beberapa teori yang belum terbukti kebenarannya  menyebutkan bahwa orang Druze merupakan keturunan orang Persia, sementara teori  lain menganggap mereka sebagai keturunan orang Kristen, sejak zaman Perang  Salib. Tapi teori yang terakhir ini sepertinya tidak benar karena Perang Salib  pertama terjadi pada sekitar delapan puluh tahun setelah lenyapnya al-Hakim.  Orang Druze setia kepada negara yang menguasai tanah mereka dan tidak mencoba  mendirikan negara mereka sendiri. Mereka bisa ditemukan di Israel, Libanon, dan  Siria. Bisa dikatakan mereka adalah para pejuang terbaik karena mereka tidak  takut mati.
Duze atau Druse/Drus, Derzi / Durzi dalam bahasa Arab ,Druzim dalam  bahasa Ibrani adalah suatu komunitas masyarakat yang mempunyai kepercayaan  berbeda yang berakar dari Timur Tengah.Sebagian besar komunitas ini terdapat  di Lebanon, tetapi ada pula yang tinggal di Israel, Syria,  dan Jordan. Sedangkan yang tinggal di luar Timur Tengah berdomisili di  Amerika Serikat, Kanada, Amerika Latin, Afrika  Barat, Australia, Austria, dan Eropa. Kebanyakan pengikutnya berasal  dari etnis Arab, akan tetapi ada juga pengikutnya yang bukan berasal dari etnis  Arab seperti pengiktunya yang berasal dari Israel. Dalam kehidupan  sosialnya, mereka tidak menunjukan perbedaan lahirliah dengan masyarakat yang  lain, tetapi dalam kehidupan rohaniah mereka menutup diri mereka dengan komunitas  lain.
A.Kehidupan  Bangsa Drus
Bangsa Druze tinggal di desa dan gunung dengan hanya memiliki  beberapa bidang tanah dan barang-barang milik mereka pribadi, mereka tidak  memiliki cita-cita mendirikan negara sendiri. Mereka memiliki gaya hidup  menyendiri. Pindah agama, baik ke agama mereka ataupun dari agama mereka,  merupakan sesuatu yang terlarang. Segera setelah beragama, mereka berhenti  membuat perubahan baru. Sebaliknya, mereka memilih untuk melestarikan suku  mereka dengan beranak cucu. Sampai sekarang, kebanyakan gadis di suku Druze  menikah saat berumur 12 dan 15 tahun, sedangkan para pria menikah pada umur 16  atau 17 tahun. Saat orang Druze tinggal bersama orang-orang yang berbeda agama,  mereka mencoba melebur dengan orang-orang itu untuk melindungi agama mereka dan  agar mereka aman. Mereka bisa berdoa sebagai orang Islam atau pun sebagai orang  Kristen, tergantung di mana mereka tinggal. Tetapi situasi tersebut sekarang  mulai berubah karena tidak terjaminnya keamanan. Orang Druze sekarang lebih  terbuka dalam hal-hal yang menyangkut kepercayaan mereka. Mereka sudah sejak  lama diberitakan melakukan praktik poligami, tetapi sampai sekarang berita ini  tidak terbukti. Mereka pantang minum anggur dan merokok karena adanya larangan  yang jelas untuk tidak melakukan sesuatu yang bisa mencemarkan agama mereka.  Orang Druze mempunyai kepekaan sosial yang tinggi, mereka merasa terikat satu  sama lain walaupun mereka tersebar di beberapa negara.
B.Kepercayaan Bangsa Drus
Agama yang dianut orang  Druze dimulai pada abad 9 M, yaitu dari sebuah sekte Islam. Agama itu  dipopulerkan oleh seorang da`i bernama Darazi dan Hamza bin Ali bin Ahmad,  seorang penganut ilmu kebatinan dari Persia. Mereka mengatakan bahwa Tuhan  telah menjelma menjadi manusia bernama al-Hakim Bi-amr Allah (985 atau 996 - 1021  M), seorang khalifah muslim dari Kairo, Mesir. Sekarang mereka percaya bahwa  apa yang diajarkan Darazi mulai menyimpang; tulisannya sekarang dianggap  menghina Tuhan.
Orang Druze menganggap  Al-Qur`an sebagai sesuatu yang suci, namun mereka hanya menganggapnya sebagai  kulit luar yang membungkus "makna ajaran yang lebih dalam yang hanya  dipahami oleh orang-orang tertentu saja". Kitab agama mereka pada umumnya  dikenal dengan nama "Kitab Al Hikma", Buku Kebijaksanaan. Kitab ini  adalah kumpulan buku, di mana enam buku pertama adalah buku-buku yang paling  sering digunakan. Pada dasarnya mereka menganut paham monoteis, percaya pada  satu Tuhan. Mereka mengenal tujuh nabi besar, termasuk di dalamnya, Adam,  Abraham, dan Yesus (yang hanya mereka percaya sebagai putra Yusuf). Setiap nabi  besar membawahi tujuh nabi yang masing-masing memunyai dua belas murid.
Orang Druze percaya  pada perpindahan jiwa/roh. Artinya, saat seseorang mati, jiwanya secara spontan  tereinkarnasi (dalam waktu dan ruang) dan kemudian terlahir kembali dalam  kehidupan yang lain. Konsep pemikiran mereka mengenai surga dan neraka bersifat  spiritual. Mereka percaya bahwa surga adalah kebahagiaan terbesar saat jiwa  mereka bertemu dan bersatu dengan Pencipta mereka. Neraka adalah rasa sakit  yang disebabkan hilangnya kesempatan bertemu sang Mahabesar yang mulia untuk  selama-lamanya.
Perkembangan  Agama Druze ini dimulai saat berkuasanya kekhalifan Fatimiah yang pada saat itu  menguasai wilayah Afrika Utara dan berpusat di Kairo, Mesir pada abad ke 10.  Saat itu, kekhalifan Fatimiah menjadi pusat kebudayaan Islam yang terpenting di  Timur Tengah. Pada saat itu pula terjadi akulturasi di sebagian pemeluk agama  Islam yaitu dengan Yahudi, Nasrani, dan Yunani Kuno. Akulturasi inilah yang  menyebabkan munculnya Agama Druze.
Perkembangan  agama ini baru berjalan ketika Al-Hakim naik tahta menjadi khalifah dari  kekhalifan Fatimiah pada tahun 996 M pada umur 11 tahun. Dalam catatan sejarah,  Al-Hakim adlah raja yang terkenal dengan pemerintahan tirani yang kejam. Masa  pemerintahannya berakhir ketika ia tiba-tiba menghilang saat ia berjalan  sendiri pada bulan Februari 1021.
Pembentukan  agama ini dimulai ketikan seorang Persia yaitu Darazi methabiskan  Al-Hakim yang saat itu berkedudukan sebagai khalifah Ismail sebagai pembawa  wahyu dengan jukukan Tuhan yang terlihat (nyata). Setelah mendengar  berita pethabisan itu dari Imam Hamza, banyak reaksi negatif datang dari  kalangan masyarakat yang dipimpin oleh Imam Hamza sendiri . Akibat dari  penolakan itu menyebabkan Darazi dihukum dan Al-Hakim dikucilkan dari  masyarakat. Saat pengucilan itulah secara tiba-tiba Al-Hakim menghilang di  suatu malam pada tanggal 1021. Para pemeluk Agama Druze percaya bahwa  Al-Hakim telah berpindah ke alam gaib dan akan kembali pada saat kiamat sebagai Qa`im  (penerang) atau Mahdi (penunjuk jalan).
Setelah  lenyapnya Al-Hakim lenyap secara misterius, para pemeluk agama Druze dipaksa  untuk pindah oleh pemeluk agama Islam lainnya. Selain itu banyak pemeluk agama  Druze yang dikejar-kejar dan dibunuh sehingga dengan terpaksa pemeluk  agama Druze banyak yang menyembunyikan secara lahirliah agamanya.
C.Sebab-sebab Pemberontakan 
Pada tahun 1925�1927 Bangsa Drus melakukan pemberontakan  pemberontakan-pemberontakan terhadap Prancis.Mereka adalah Bangsa yang cinta  dan menjunjung tinggi kemerdekaan bangsanya.Ketika Prancis menduduki  Syria,bangsa Drus menjadi gelisah dan kemudian berontak.
1.Daerah Mereka,Dzebel ed Drus oleh  pemerintah Prancis dimasukkan dalam negara bagian Damsyik. Bangsa Drus ingin  Dzebel ed Drus sebagai daerah otonom yang seluas-luasnya
2.Bangsa Drus menuduh Prancis terlalu  memihak orang kristen dan menganak tirikan bangsa Drus. 
D.Jalannya  Pemberontakan
Bangsa  Drus dipimpin oleh Sultan Pasha Al-Atrash yang menguasai daerah-daerah di luar  kota. Ketika Perancis di Damsyik dan menontonkan mayat-mayat pemimpin-pemimpin  bangsa Drus yang ditengkap, kemudian meletuslah pertempuran antara Perancis  dengan bangsa Drus di dalam kota Damsyik. Selain di Damsyik, ada pula  pertempuran yang terjadi di Damaskus, Homs dan Hama. Pada pertempuran  dibeberapa kota tersebut, bangsa Drus yang dipimpin oleh Sultan Pasha  medapatkan beberapa kali kemenangan dalam revolusinya. Terutama pertempuran  Al-Kabir pada 21 Juli 1925, pertempuran Al-Masra'a pada 2 Agustus 1925 dan  pertempuran semua kota di dataran (Almsifarh dan  Suwayda). Di dalam  pertempuran tersebut, Perancis kalah dan terpaksa mundur dan meninggalkan kota  Damsyik. Namun, Perancis melancarkan serangan balik dengan menghujani kota  Damsyik dengn bom dan peluru meriam selama dua hari. Disusul dengan serangan  tank dan pesawat, akhirnya kota Damsyik dapat direbut kembali oleh Perancis.  Setelah itu, Perancis melancarkan serangan besar-besaran dan dapat menguasai  seluruh Syiria. Kemudian pada 1927, akhirnya pemberontakan bangsa Drus dapat  diberantas dan pemimpin-pemimpin bangsa Drus pun melariak diri ke Trans  Jordania.Kemudian pada 23 Mei 1929, Lebanon menjadi Republik Lebanon dan pada  22 Mei 1930 Syiria menjadi Republik Syiria. Dengan ini Syiria pecah menjadi dua  republik, yaitu Lebanon dengan ibukota Beirut dan Syiria dengan ibukota  Damsyik. Setelah itu, pada 9 September 1936, terjadi perjanjian Syiria dengan  Perancis. Kemudian pada 13 November 1936, terjadi perjanjian antara Lebanon  dengan Perancis. Kedua perjanjian tersebut memuat :Persahabatan dan persekutuan  antara Perancis, Syiria dan Lebanon.Status akan diakhiri dalam tiga  tahun.Setelah mandat berakhir, Syiria dan Lebanon akan dimasukkan dalam  Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai anggota penuh.Mandat Perancis kemudian  dihapuskan tiga tahun kemudian, tepatnya pada 12 Juli 1941 dan akhirnya Syiria  pun memproklamasikan kemerdekaannya dan masuklah Syiria ke Perserikatan  Bangsa-Bangsa sebagai anggota penuh.
E.  Akibat Pemberontakan
1.  Pemberontakan Drus memberi pelajaran kepada Prancis dan Inggris bahwa status  mandat tidak dapat dipaksakan begitu saja kepada bangsa Arab. Nasionalisme  tidak dapat ditindas dengan kekuatan militer.
2.  Berhubung dengan terjadinya kekejaman-kekejaman dari dua belah pihak,maka atas  desakan Inggris,gabungan bangsa-bangsa ikut campur tangan dalam soal Syria.  Bukankah gabungan bangsa-bangsa yang memberikan mandat kepada Prancis,Prancus  ditegur agar menggunakan tindakan yang bijaksana.
3.  Politik Prancis di Syria berubah dari kekerasan militer ke kebijaksanaan sipil,  komisaris-komisaris tinggi yang mula-mula orang militer semua (jenderal  Gouraud,jenderal Weygand,jenderal Sarrail) diganti dengan orang-orang sipil (de  Jouvenel,Ponsot, de Marterl) yang bertindak lebih lunak terhadap bangsa drus.
DAFTAR  PUSTAKA
Drs.Marwoto  Saiman,Sejarah Asia Barat Daya,Pekanbaru;Cendikia Insani Pekanbaru  ,2006. 
http:/khoiruuddinabd.web.unej.ac.id.2015.11.26.3
http;/teguhmanurung,wordpress.com/20/08/1003/druze-faith
http;/misi.sabda.org/suku.druze.dilibanon