BRUNEI BARU DENGAN PERKEMBANGAN ISLAM
Rabu, 03 Januari 2018
Edit
TIOPAN  PURBA/SAT/015/B
            Pemerintahan  Islam pertama di Brunei dimulai saat dipimpin oleh Raja Puni Mahamosha  (Muhammad Shah) pada tahun 1363 M. Ketika kerajaan Brunei Tua merdeka, Raja  Awang Alak Betatar menjalin kerja sama dengan seorang putri Kesultanan Johor.  Melalui perkawainan tersebut Raja Awang Alak Betatar akhirnya memeluk Islam dan  mendapatkan gelar dari Sultan Johor, yaitu Sultan Muhammad Shah. Saat itulah  pertama kalinya Islam diterapkan sebagai agama negara.
            Sultan  Muhammad Shah memerintah Brunei sampai tahun 1402 M. Dalam catatan sejarah  disebutkan Sultan Muhammad Shah hanya memiliki satu orang putri bernama Putri  Ratna Dewi. Tetapi dalam catatan sejarah Cina, Muhammad Shah memiliki satu  orang putra bernama Sultan Abdul Majid Hasan yang ditulis Ma-na-je-ka-na.  Sayangnya Sultan Abdul Majid Hasan tidak termasuk dalam silsilah Raja-Raja  Brunei karena beliau mangkat pada tahun 1408 M saat perjalanan kunjungan ke  Nanking, dan dimakamkan di Cina dengan tulisan pada makamnya berbunyi "Makam  Raja Pu-ni".
            Penyebaran  Islam dimulai pada abad ke-13 dan mengalami perkembangan pesat saat Syarif Ali  diangkat menjadi Sultan Brunei ke-3 tahun 1425. Dengan silsilah kerajaan  tercatat pada Batu Tarsilah yang dimulai dari Awang Alak Betatar, raja pertama  yang memeluk Islam tahun 1368 sampai Sultan Muhammad Tajudin 1795-1804 dan  1804-1807.
            Melalui  silsilah Sultan Brunei ke-3 juga dapat dirunut bahwwa Sultan Sharif Ali  merupakan keturunan Sayidina Hasan, cucu Rasulullah SAW. Masa pemerintahan  Sultan Sharif Ali dikenal juga sebagai masa penguatan fondasi Islam di  Kesultanan Brunei sejak masa pemerintahan Sultan Muhammad Shah. Sultan Sharif  Ali menyusun pemerintahan berdasarkan agama Islam, mendirikan masjid,  meluruskan arah kiblat, dan membuat aturan yang melarang rakyat Brunei untuk  tidak mengkonsumsi daging babi. Jika dilanggar akan dikenakan hukuman mati.  Karena itulah Islam mengalami perkembangan pesat dan saat itu Brunei juga dapat  disebut sebagai pusat perkembangan Islam di wilayah Laut Cina Selatan.
Sejarah Pemerintahan
            Kerajaan  Brunei Kuno bertempat di Muara Sungai Brunei, meliputi wilayah yang cukup luas  Sabah, Brunei dan Sarawak. Setelah melepaskan diri dari pengaruh Majapahit,  Brunei menjadi negara merdeka dan pusat perdagangan di wilayah Laut Cina  Selatan dengan menjalin hubungan perdagangan dengan Cina.
            Kata  'Darussalam' dalam bahasa Arab yang berarti 'tempat yang damai' ditambahkan  sebagai nama negara oleh Syarif Ali untuk menegaskan Islam sebagai agama negara  serta membantu penyebaran Islam ke seluruh wilayah.
Awal abad  15, Kerajaan Malaka dibawah pemerintahan Pameswara menyebarkan pengaruhnya dan  mengambil alih perdagangan Brunei, yang menyebabkan berkembangnya penyebaran  agama Islam. Masa kegemilangan Brunei dimulai saat kejatuhan Malaka dari  Portugis tahun 1511 dengan pengambil alihan kekuasaan oleh Sultan. Selama masa  pemerintahan Sultan Bolkiah tahun 1473-1521, Brunei memperluas pengaruhnya  sampai ke Utara hingga Luzon dan Sulu, ke Selatan dan Barat Kalimantan
            Antonio  Pigafetta menjadi orang Eropa pertama yang mengunjungi Brunei. Pigafetta  menggambarkan Brunei sebagai kota yang sangat menakjubkan dimana setiap tamu  yang bertemu Sultan akan diantar menggunakan Gajah dengan tempat duduk berlapis  sutra. Negara kecil ini termasuk negara kaya dengan setiap penduduk menggunakan  pakaian yang terbuat dari kain sutra bersulam emas, dihiasi mutiara dan memakai  cincin dari batu mulia. Ekspedisi dan penggambaran Pigafetta tersebut menjadi  titik tolak hubungan Brunei dengan Eropa terutama dari Portugis dan Spanyol.
            Kolonialisme  Kerajaan Brunei dimulai tahun 1578 pada masa pemerintahan Sultan Abdul Kahar.  Masa itu terjadi perselisihan dan perebutan kekuasaan antara Sultan Saiful  Rizal dengan dua pangeran Brunei yang dikenal dengan 'Perang Kastila'. Kondisi  tersebut dimanfaatkan oleh Spanyol untuk merebut dan menguasai Brunei dengan  mengirimkan surat kepada Sultan agar memberi keleluasaan dan perlindungan bagi  para misionaris Spanyol yang menyebarkan agama Kristiani.
            Selain  meminta jaminan keselamatan bagi misionaris mereka, pihak Spanyol juga  menuliskan penghinaan terhadap Islam yang membuat Sultan marah, sehingga  terjadi pertempuran antara Brunei dan Spanyol pada bulan April 1578. Dengan  semangat juang dan nasionalisme yang tinggi, rakyat dan pemerintah Brunei  berhasil memukul musuhnya pada tahun 1578 M. Sebagai pelampiasan kekalahan  perang, pasukan Spanyol dibawah kepemimpinan Dr. Fransisco de Sande  memerintahkan untuk membakar Masjid Jami' Brunei.
Sistem Pemerintahan
            Brunei  Darussalam memiliki sistem pemerintahan monarki absolut dengan kepala  pemerintahan Sultan Hassanal Bolkiah yang menjabat sebagai kepala negara,  kepala pemerintahan, perdana mentri dan mentri pertahanan dengan dibantu oleh  Dewan Penasihat Kesultanan dan beberapa Menteri. Karena kekuasaan mutlak Sultan  sebagai pemimpin negara, Brunei menjadi salah satu negara paling stabil dari  segi politik di wilayah Asia. Pertahanan keamanan Brunei  berdasarkan perjanjian kerjasama dengan Inggris dengan penempatan pasukan  Gurkha yang ada di Seria. Jumlah pertahanan keamanannya lebih kecil  dibandingkan dengan kekayaan dalam negri dan kekuatan negara tetangga. Secara  teori, Brunei berada di bawah pemerintahan militer sejak pemberontakan oposisi  tahun 1960-an.
            Hubungan  diplomatik Brunei dengan luar negri terutama dengan negara-negara ASEAN. Brunei  juga menjadi salah satu anggota PBB. Kesultanan Brunei secara aktif terlibat  dalam persengketaan memperebutkan wilayah   perbatasan dan pulau-pulau kecil dengan Malaysia, terutama daerah yang  mengandung minyak bumi dan gas alam, dua sumber kekayaan alam yang menopang  perekonomian negara. Brunei menuntut wilayah di Sarawak seperti Limbang, juga  pulau kecil antara Brunei dan Labuan termasuk Pulau Kuraman. Bagaimanapun,  pulau-pulau tersebut diakui secara internasional sebagai bagian wilayah  Malaysia. Penduduknya sebagian besar tinggal di bagian Barat  dengan jumlah sekitar 10.000 orang tinggal di daerah Temburong. Dengan kurang  lebih jumlah penduduk total 470.000 orang, lebih kurang 80.000 orang tinggal di  ibukota Bandar Sri Begawan.
Sosial Budaya
            Pada masa  pra-islam, penduduk Brunei menganut agama Hindu-Buddha. Setelah Malaka jatuh ke  tangan Portugis, Brunei menjadi pelopor dan penggerak perkembangan Islam bagi  wilayah sekitarnya termasuk sebelah timur kepulauan Melayu hingga Pulau Luzon,  Cebu, Otan, dan sebagainya. Di masa lalu, penduduk Brunei  memiliki adat istiadat kesopanan yang tinggi. Dalam catatan First Voyage Around  the World karya Pigafetta yang dirujuk oleh Al-Sufri (1997), orang Brunei  memiliki kebudayaan dan peradaban yang luhur. Selain itu orang Brunei juga  memiliki rasa nasionalisme yang tinggi yang mereka sebut 'semangat kebrueian'.  Nasionalisme yang kental inilah yang membuat tentara Spanyol dipaksa mundur  saat ingin menguasai Brunei.
            Saat ini  Brunei menggunakan asas syariat Islam dalam hukum perundang-undangannya yang  disebut hukum Syarak. Mencakup undang-undang jenayah Islam, muammalah,  undang-undang keluarga, serta undang-undang keterangan acara. Pengaruh kuat  dari Sultan Sharif Ali yang ingin menjadikan penduduk Brunei sebagai muslim  sejati berimplikasi pada prilaku penduduknya yang senantiasa menjaga  perilakunya sesuai dengan syariat Islam.
            Cara  pengamalan Islam di Brunei didasarkan pada mazhab Syafii dalam bidang fikih dan  ahlusunnah waljamaah di bidang akidah. Semenjak tahun 1984 saat diproklamirkan  sebagai negara merdeka, Brunei menerapkan 'Melayu Islam Beraja' yang menjadi  pedoman hidup bermasyarakat.
Brunei Saat Ini
            Brunei  memiliki indeks pembangunan manusia kedua di Asia Tenggara setelah Singapura.  Tumpuan ekonomi berupa minyak bumi dan gas yang menjadi sumber kekayaan negara  dan membuat Brunei menjadi negara terkaya ke 5 dan sudah diklasifikasikan  sebagai negara maju. Dua pertiga penduduk Brunei adalah Melayu, dengan agama  resmi Islam. Brunei juga mengikuti hukum Islam Syariah. Penduduk Brunei  memperoleh pendidikan gratis, perawatan kesehatan, subsidi makanan dan  perumahan. Dan mereka juga tidak membayar pajak penghasilan pribadi.
            Budaya  Brunei hampir sama dengan budaya Melayu dengan pengaruh kuat dari islam, tetapi  lebih konservatif karena menerapkan sistem Islam Syariat, tidak seperti  Malaysia dan Indonesia. Penjualan dan konsumsi alkohol diharamkan, dengan orang  luar atau Non-Muslim masih diijinkan membawa maksimal 12 botol bir saat mereka  masuk ke Brunei. Parlemen Brunei juga mulai menerapkan fatwa haram untuk rokok  pada tahun 2011 dengan tujuan mengurangi konsumsi rokok. Dua  pertiga penduduk Brunei adalah etnis Melayu. Sementara etnis minoritas yang  paling penting dan menguasai ekonomi negara adalah Tionghoa (Han). Terdapat  juga komunitas ekspatriat dengan sejumlah besar warga negara Inggris dan  Australia. Bahasa yang digunakan secara resmi adalah Bahasa Melayu, dengan  Bahasa Tionghoa dan Bahasa Inggris yang 95% dikuasai oleh setiap penduduknya.
            Negara  kecil yang kaya ini memiliki perekonomian campuran antara kewirausahaan dalam  negri dan asing, pengawasan kerajaan, serta tradisi budaya perdagangan lama.  Pengeluaran minyak mentah dan gas alam terdiri dari setengah PDB. Tingginya  tingkat pendapatan membuat pengeluaran perkapita menjadi jauh lebih kecil, dan  keraajaan membekali semua biaya pengobatan dan memberikan subsidi pangan,  perumahan dan pendidikan bagi setiap penduduk. Pemimpin Brunei merasa bimbang  akan perkembangan ekonomi mereka dengan ekonomi dunia tidak seimbang dan akan  mempengaruhi perkembangan sosial dalam negri, sekalipun Brunei memainkan  peranan penting dalam perekonomian dunia saat menjadi ketua APEC pada tahun  2000.
            Rancangan  masa depan Brunei dipusatkan untuk menghadapi persoalan ketrampilan buruh, pengurangan  pengangguran, perkuatan sektor pariwisata dan perbankan, dan perluasan bidang  ekonomi yang akan mempengaruhi semua faktor kehidupan masyarakat. Bahkan saat  ini sistem penerbangan negara sedang mencoba menjadikan Brunei sebagai salah  satu tujuan perjalanan internasional antara Eropa dan Australia / Selandia  Baru. Selain itu Brunei juga menargetkan sebagai salah satu layanan penerbangan  utama ke wilayah-wilayah Asia.
            Sultan  Haslsanah Bolkiah, yang menjadi salah satu orang terkaya di dunia dengan  memiliki koleksi 500 mobil mewah dan istana dengan lebih dari 1500 kamar dengan  total aset lebih dari 25 miliar dollar. Sultan juga membangun sebuah mesjid  termegah dan terbesar di Brunei yang disebut "Mesjid Jami' Asr-Hassanil  Bolkiah". Dibangun tahun 1988, mesjid ini mampu menampung 3.000 umat Islam.  Selain dilengkapi ruang perpustakaan, pertemuan dan lounge yang indah,  arsitektur dan interior mesjid ini menjadi kebanggaan Brunei dan kesultanan  karena mampu menyaingi arsitektur dan interior Masjidil Haram di Makkah.
DAFTAR  PUSTAKA