Sejarah Masuknya Islam di Thailand
Rabu, 03 Januari 2018
Edit
KHAIRUL ASRI/SAT
A.     Sejarah  Masuknya Islam di Thailand
Umat Islam  memiliki sejarah yang panjang dalam kerajaan thailand. Hubungan mereka dengan  masyarakat Thailand serta peran mereka dalam negara dapat ditelusuri kezaman  kerajaan ayyuthaya. Kedatangan Islam di negeri muangthai telah  terasa pada masa kerajaan sukhathai di abad ke-13, yang merupakan buah dari  hubungan dagang yang dibangun oleh para saudagar muslim. Hal ini bermula pada  dua orang bersaudara dari Persia, yaitu Syeikh Ahmad dan Muhammad Syaid yang  juga disebut Khaek Chao Sen (suatu cabang mazhab syiah), menetap di kerajaan  tersebut yang terus melakukan perdagangan sekaligus menyebarkan agama Islam.  Sebelum berdirinya kerajaan Ayyuthaya sebagai pengganti kerajaan Shukhotai  setelah yang terakhir ini runtih pada abad ke-14, Islam telah memiliki kekuatan  politik yang sangat besar. Perdagangan merupakan perintis proses islamisasi dan  perkembangan politik kerajaan-kerajaan maritim diwilayah kepulauan di abad  ke-15, 16 dan 17. Perdagangan juga pulalah yang merupakan faktor dominan yang  mendekatkan Islam dengan kerajaan Ayuthaya.
B.       Perkembangan  Islam di Thailand
Dakwah islam senantiasa di  seluruh penjuru dunia. Islam adalah agama yang tidak mengenal batas dan  sekat-sekat nasionalisme. Pun di sebuah negeri yang mayoritas penduduknya  bukanlah pemeluk agama islam, Thailand.
Thailand dikenal sebagai negara  yang pandai menjual potensi pariwisata sekaligus sebagai salah satau negara  agraris yang cukup maju di Asia Tenggara. Mayoritas penduduk Thailand adalah  bangsa Siam, Tionghoa dan sebagian kecil bangsa Melayu. Jumlah kaum muslimih di  Thailand memang tidak lebih dari 10% dari total 65 juta penduduk, namun islam  menjadi agama mayoritas kedua setelah Budha. Penduduk muslim Thailand sebagian  besar berdomisili di bagian selatan Thailand, seperti di propinsi Pha Nga,  Songkhla, Narathiwat dan sekitarnya yang dalam sejarahnya adalah bagian dari  Daulah Islamiyyah Pattani. Kultur melayu sangat terasa di daerah selatan  Thailand, khususnya daerah teluk Andaman dan beberapa daerah yang berbatasan  langsung dengan Malaysia. Bahkan beberapa nama daerag berasal dari bahasa  Melayu, seperti Phuket yang berasal dari kata bukit dan Trang yang berasal dari  kata terang.
Islam masuk ke Thailand sejak  pertengahan abad ke-19. Proses masuknya islam di Thailand dimulai sejak  kerajaan Siam mengakuisi kerajaan Pattani Raya (atau lebih dikenal oleh  penduduk muslim Thai sebagai Pattani Darussalam). Pattani berasal dari   kata Al Fattani yang berarti kebijaksanaan atau cerdik karena di tempat itulah  banyak lahir ulama dan cendekiawan muslim terkenal. Berbagai golongan  masyarakat dari tanah Jawa banyak pula  yang menjadi pengajar Al Qur'an  dan kitab-kitab islam berbahasa Arab Jawi. Beberapa kitab Arab Jawi sampai saat  ini masih diajarkan di beberapa sekolah muslim dan pesantren di Thailand Selatan.
Perkembangan  islam di  Thailand semakin  pesat saat beberapa pekerja muslim dari Malaysia dan  Indonesia masuk ke Thailand pada akhir abad ke-19. Saat itu mereka membantu  kerajaan Thailand membangun  beberapa kanal dan system perairan di Krung  Theyp Mahanakhon (sekarang dikenal sebagai Propinsi Bangkok). Beberapa keluarga  muslim bahkan mampu menggalang  dana dan mendirikan masjid sebagai  saran  ibadah, sebuah masjid yang didirikan pada tahun 1949 oleh  warga  Indonesia dan komunitas muslim asli Thailand. Tanah wakaf masjid  ini adalah milik Almarhum Hjai Saleh, seorang warga Indonesia yang bekerja di  Bangkok.
Masjid Jawa adalah masjid lain  yang juga didirikan oleh komunitas warga muslim Indonesia di Thailand. Sesuai  dengan namanya, pendiri masjid ini adalah warga Indonesia suku Jawa yang  bekerja di Thailand. Namun  demikian, anak cucu para pendiri masjid ini  berbicara dalam bahasa Thai  dan Inggris saat menceritakan asal muasal  berdirinya Masjid Jawa ini. Masjid Indonesia dan Masjid Jawa hanyalah  sebagian  dari lima puluhan masjid lain yang tersebar di seluruh  penjuru  Bangkok.
C.      Kesadaran  Umat Islam
Essay ini memuji beberapa  factor � etnik, social, sejarah, agama dan lain-lain yang sekarang ini menandai  Muslim Pilipina dan Thailand sebagai orang yang terpisah, yang pantas   ditolong dan perlu bantuan khusus di Negara tersebut. Meskipun mereka  dipisahkan oleh lebih dari 2012 km darta dan laut, dan penduduknya beberapa  bangsa, namun  situasi orang Muslim Thailan dangat mirip bahwa keduanya   cocok dan mengandung pelajaran.
D.      Integrasi  Untuk Konsolidasi
Penyatuan secara politik daerah  Muslim ke dalam Thailand adalah hasil akhir perjuangan. Di permulaan seperempat  akhir abad ke enam belas orang spanyol bertempur di Perang moro selam tiga  ratus tahun sebelum kesultanan  islam di Mindanao dan sulu  enggan  mengakui kedaulatan orang spanyol. Dan di dua decade pertama abdini, orang  Amerika dengan spanyol mengharuskan untuk membantu beberapa biaya untuk  kampanye militer untuk memenangkan muslim Pilipina. Kekuatan spanyol dan  amerika digunakan dalam penaklukan Muslim yang diawali oleh Kristen Pilipina  dan pada tahun 1920 pemerintah efektif didaerah Muslim filipinization  kebijaksanaan mencari pemerintah sendiri  bangsa persemakmuran (1935) dan  akhirnya republic (1946).
Orang Siam berusaha untuk  menaklukan bangsa Melayu bagian utara penezuela di akhir abad ke 13 masa  pemerintah raja Ramakhamhaeng sukhothai tapi itu tidak sampai abad ke 19,  setelah banyak pertumpahan darah dan tipu daya. Thailan (yang kemudian disebut  dengan siam) menjadi orang yang berdaulat didaerah itu. Dengan kebaikan  Anglo-Siamese tahun 1904 dan 1909, dia diharuskan untuk menyerahkan hak  kekuasaan Raja di empat Negara Melayu yang mana kemudian  bergabung ke  dalam Inggris Melayu, tapi diberikan secara diam-diam pengakuan Otoritasnya  atas tetritorial dan perbatasan Melayu bagian Utara.
Sebagian Thailan Tenggara sudah  lama di eksploitasi untuk timah, meskipun Muslim pedesaan kebanyakan petani dan  pelaut. Di abad dua puluh, daerah ini menghasilkan karet dan kelapa. Sebagian  untuk tujuan pengembangan perkebunan dan hasil bumi dan sebagian untuk  memperkenalkan pencampuran etnik ke dalam predominan Melayu Tenggara,  pemerintah Thailan mensponsori, sejak perang duani ke II, transmigrasi ribuan  non Muslim  Thailan  takut pada suatu hari nanti mereka akan  dipisah-pisahkan di tanah mereka sendiri oleh non Muslim dan itu adalah  rencana  nyata pemerintah.
Motive orang Thailan pada  integrasi culcutal minoritas orang mereka termasuk Muslim agak kompleks. Sebenarnya  motif  utama adalah keinginan alami untuk menempa  kesatuan bangsa  untuk melawan kekuatan  sentrifugal kedaerahan dan kesukuan. Sebagian  tambahan ada  ketidak jelasan misi sivilisatris pada sebagian mayoritas  Kristen dan Budha dengan non Kristen d an non Budha di Negara ini. Tidaka ada  pertanyaan orang minoritas, kecuali, Cina, biasanya di pandang oleh orang  mayoritas sebagai orang yang terbelakang dan tidak maju. Muslim menemukan  implikasi kebijaksanaan integrasi dan program menyakitkan hati.
Di Thailan muslim sebagai  minoritas mendemontrasikan diri mereka bertekad dan secara terorganisir untuk  menantang. Karena itu  tekanan besar dilakukan pada mereka. Tekanan ini  dilakukan jauh lebih  terkendali di Pilipina dari pada di Thailan,  Pilipina adalah Negara demokrasi sekuler yang menjalankan prinsip pemisahan  gereja dan Negara serta kebebasan  beragama. Jadi, pemerintah merespon  komplen tetang aspek integrasi  yang ditimbulkan oleh umat muslim yang  didasarkan oleh agama. Komisi integrasi nasional berdiri tahun 1957,  adalah  agensi pemerintah yang bertanggung jawab pada penerimaan dan  penafsiran semua komplen. Kegiatan integrasi pemerintah.
E.       Tingkah  Laku Negatif
Di pilipinan dan Thailan  minoritas popular dengan sebutan Moros dan Khaek. Kedua istilah ini memiliki  konotasi merendahkan  dan mensimbolkan ketidak nyamanan posisi umat muslim  berhadapakan dengan mayoritas. Muslim Pilipinan pertama di panggil Moros oleh orang  Spanyol di abad enam belas. Setelah orang islam Afrika Utara Muuritanians  (Moors) dibawah kepemimpinan Aab menaklukan dan mengatur spanyol selama delapan  abad. Namannya tetap lengket, tapi beberapa abad kemudian  nama itu  berubaha menjadi muslim Pilipinan  yang keras melawan penjajah dan  Filipinization. Makna popular moro mengandung arti orang yang tidak perduli,  khianat, kekerasan, poligami, budak, bajak laut dan lain-lain. Di tahun 1950  muncul reaksi pada makna negative ini banyak muslim mulai memaksa dipanggil  muslim atau muslim pilipinan. Mereka mulai sensitive di panggil moros. Non  muslim  mulai berhati-hati menggunakan istilah ini  sekurang-kurangnya  didepan orang muslim.
F.       Identitas  Psikologi dan Sosial Politik
Muslim thailan tidak mempunyai  orang yang pintar mengenai  ilmu agama, philosofi, dan formulasi resmi  islam dan mereka mungkin bingung dengan  tahayul pre-islam dan adat yang  sangat penting  dalam islam, tapi kebanyakan dari mereka. Mereka sadar  sebagai  sebuah komuniti dan akhirnya secara ideal mengatur semua aspek  kehidupan mereka. Yang pling penting tidak ada pertanyaan  tentang   watak psikologi orang umum menjadi muslim dengan analisa terakhir,  kriteria  yang kuat (meskipun dalam hokum islam) oleh  tingkatan ke  islaman bias dinilai. Dalam  waktu yang sama antara muslim pilipinan dan  thailan ada beberapa yang tekun  mempelajari islam dan dari orang-orang  ini muncul yang dikenal  dengan ulama yaitu pemimpin  keagamaan yang  berkualitas untuk menyerukan  agama.
G.    Sekilas Tentang negara  Thailand
Asal mula thailandd secara tradisional  dikaitkan dengan sebuah kerajaan yang berumur pendek , yaitu kerjaan sukhotai  yang didirikan pada tahun 1238 . kerjaan ini kemudian diteruskan kerajaan ayut  haya yang dirikan pada pertengahan abat ke empat belas 14 dan mempuyai wilayah  kekuasan yang lebih besar di bandingkan sukhotai. Kebudayan Thailand di  pengaruhi kuat oleh tiongkok dan india.hubungn dengan beberapa negara besar  eropa dimulai pada abat 16 . meski mengalami tekanan yang kuat , Thailand tetap  bertahan sebagai satu2 nya negara yang tak pernah dijajah oleh negara eropa.  Namun demikian , pengaruh barat , termasuk ancaman kekerasan mengakibat kan  berbagai perubahan pada abat 19 dan di berikan nya pada banyak kelonggaran bagi  pedagang beritania. Sebuah revolusi tak berdarah pada tahun 1932 menyebabkan  perubahan bentuk negara menjadi monarki konstitusi nasional. Negara yang semula  dikenal dengan nama siam ini ,mengganti nama nya menjadi Thailand pda tahun  1939 dan seterusnya, setelah pernah sekali mengganti kembali kenama lama nya  pasca perang duni ke 2.
Negara Thailand mengambil bentuk monarki  konstitusional dengan system demokrasi parlementer , simana kekuasaan dan  pewenang raja bersifat terbatas.
H.    Perkembangan kontenporer minoritas  muslim Thailand
Dalam beberapa tahun terakhir ,hubngan antar  pihak kerajaan thai dengan masyarakat melayu � muslim tampak membaik. Dan yang  tak kalah penting nya bagi melayu muslim adalah bahwa sejak tahu 1990an mereka  memulai mendapat kebebasan dalam menjalan kan syariat islam. Namun , keinginan  untuk memberlaukan hukam islam diwilayah merka tetap terus mereka perjuangkan.
             Konflix di thailan selatan sangat kental dengan nilai nilai agama .mereka  melihat konflik ini ada pertarungan antara muslim melayu dengan buddies thai.
             Dengan demikian dapat disimpulkan , tumbuhnya sikap anti pemerintah pusat yang  dilakukan oleh muslim di slatan Thailand  diakibat kan banyak hal.  Akibatnya , masyarakat muslim yang mendapat tekanan politis dan keaamanan ari  pemerintah tidak bias berbuat banayak  sebagian dar mereka secara diam  diam mendukung gerakan anti pemerintah .
 DAFTAR PUSTAKA
Ambary, Hasan Muarif, Ensiklopedi Islam, jilid 5, PT Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 1993.
Gowing, Peter G., Moros and Khaek; The Position of Muslim Minorities in the Philippines and Thailand, dalam Islam di Asia Tenggara, perkembangan kontemporer, LP3ES, Jakarta, 1990.
McCarge, Duncan, The Internasional Media and the Domestic Political Coverage of the Thai Press, Modern Asian Studies, Vol. 33, part,.3(July 1997).