SEJARAH LAHIRNYA COMMONWEALTH OF AUSTRALIA
Senin, 08 Januari 2018
Edit
MUHAMMAD KHOLIK  SUDEWO16B/SAO
Faktor-faktor yang mendukung gerakan  federasi 
            Ketika Australian Colonies Government Act dikeluarkan oleh pemerintah  Inggris, di Australia sudah berdiri empat koloni yang terpisah-pisah, yakni New  South Wales sebagai koloni yang tertua, Tasmania yang sejak tahun 1825  dipisahkan dari New South Wales, Australia Barat yang berdiri tahun 1829 namun  karna berbagai masalah tumbuh dan berkembang dengan sangat lambat, serta Australia  Selatan yang berdiri tahun 1836 berdasarkan teori kolonisasi yang rasional.  Dengan dinyatakannya secara eksplisit dalam undang-undang itu bahwa Victoria  dipisahkan dari New South Wales, maka jumlah koloni yang masing-masing berdiri  sendiri bertambah menjadi lima.
            Setiap koloni diberi kebebasan memilih dan menyusun sistem pemerintahan  yang dikehendaki. Karena hal itu maka di pusat-pusat koloni timbul kegiatan  untuk mengatur pemerintahan sendiri. Dalam mengatur pemerintahan masing-masing  terlihat tidak ada satu koloni pun yang memikirkan hubungan kerjasama dengan  koloni lain.
            Tahun 1847, Earl Grey menteri urusan jajahan pada waktu itu telah menyadari  perlunya penanganan kepentingan bersama di antara koloni yang berbeda di  Australia, misalnya bea ekspor dan impor, lalu-lintas surat pos dan organisasi  transportasi. Idenya ini disampaikan kepada komisi parlemen Inggris, yaitu  komisi perdagangan dan perkebunan. Komisi inilah yang tahun 1849 mengusulkan  adanya gubernur jendral yang mempunyai kekuasaan yang menghimpun suatu badan  yang diberi nama General Assembly Of Australia. Badan ini merupakan wakil dari  tiap koloni yang keanggotannya dipilih oleh parlemen dari masing-masing koloni.  Badan inilah yang nantinya akan membentuk mahkamah agung yang akan menerima pangaduan  banding dari pengadilan-pangadilan koloni, serta membuat aturan atau  undang-undang yang berlaku untuk seluruh koloni.
            Untuk pertumbuhan dan  perkembangan ide persatuan diperlukan waktu. Ide ini tidak tumbuh oleh suatu  undang-undang. Pengalaman mereka dalam perjalanan itulah yang mengajarkan  mereka untuk menyadari betapa besar kerugian yang harus mereka tanggung dalam  perpecahan itu. Mereka mulai menyadari bahwa persatuan jauh lebih memperkuat  mereka menghadapi segala sesuatu daripada menghadapi sendiri. Munculnya  kekuatan Eropa di wilayah Pasifik, yaitu Jerman di Irian Timur laut, kepulauan  Marshal, Solomon, dan Mariana, serta Perancis di New Hebrides, dirasakan  sebagai ancaman bersama. Secara fisik memang harus diakuai bahwa ancaman  langsung terhadap koloni-koloni di Australia pada waktu itu tidak ada.
            Tahun 1880-an, industri di Sydney dan Melbourne mulai mencari pasar diluar  batas-batas wilayahnya. Industri penghasil makanan di Sydney memerlukan  perluasan pemasaran di Melbourne, akan tetapi jalan untuk itu terhalang oleh  ketentuan tentang tariff di Victoria. Sebaliknya industri di Melbourne  khususnya yang memproduksi makanan dan tekstil, memerlukan pasar di Sydney dan  Adelaide, akan tetapi terpaksa dijual dengan harga tinggi di Sydney karena  mahalnya ongkos jasa transportasi; demikian juga di Adelaide yang dikenai bea  mahal oleh pemerintah Australia Selatan.
            Dorongan untuk bersatu itu datang juga dari organisasi para pekerja  Australia yang disebut Trade Union. Berbagai Trade Union di koloni yang berbeda  itu menghendaki adanya keseragaman aksi terhadap tenaga kerja Cina, jumlah jam  kerja per hari, serta perlindungan atas hak-hak mereka. Untuk mewujudkan  keinginannya itu, mereka mengadakan Intercolonial Congress yang diadakan khusus  untuk Trade Union. 
Mewujudkan Federasi Australia
            Pada akhir abad ke 19 banyak politisi dari koloni yang memperkasai  pembentukan suatu bangsa. Selain terdorong oleh berbagai faktor yang ada,  pikiran untuk mempersatukan kembali Australia yang terpecah itu terpengaruh  dari berkembangnya pemikiran persatuan di Eropa yakni gagasan dan pelaksanaan  persatuan Itali dan Jerman.
            Henry Parkes, negarawan terkenal dari New South Wales menyarankan  pembentukan Federal Council untuk menangani semua masalah yang dihadapi oleh  koloni dalam kehidupannya sehari-hari dan untuk memikirkan persatuan semua  koloni itu. Ide Parkes ini rupanya menimbulkan pangaruh yang sangat kuat. Pada  tahun 1885 pemerintah Inggris mengeluarkan satu undang-undang yang mengizinkan  keenam koloni di Australia bersama New Zealand dan Fiji membentuk Federal  Council of Australia.
            Henry Parkes sendiri sebenarnya tidak mendukung Federal Council tersebut,  bahkan mempengaruhi New South Wales agar tidak ikut melibatkan diri di  dalamnya. Parkes berpendapat bahwa dewan ini tidak memiliki kekuatan yang  nyata, dan hanya akan menghalangi pembentukan Parlemen Federal yang  sesungguhnya. Henry Parkes kembali pada rencananya semula. Ia mengemukakan  kembali segala hal yang berkaitan dengan Federasi Australia itu dalam pidato  yang menggemparkan di Tenterfield, sebuah kota diperbatasan New South Wales  dengan Queensland. Kemudian tahun 1890 diadakan pertemuan kepala pemerintahan  dari seluruh koloni di Melbourne. Dalam pertemuan itu mereka memutuskan akan  mengadakan konvensi federal Australia yang diadakan pertamakalinya di Sydney  tahun 1891. Konvensi federal yang pertama ini ditugaskan menyusun sistem  pemerintahan atau konstitusi Australia, lalu menyampaikannya pada setiap koloni  untuk pengesahan.
            Konvensi berhasil menyelesaikan satu tugasnya. Akan tetapi ketika rancangan  konstitusi itu disampaikan kepada parlemen di masing-masing koloni, mulai  timbul pertentangan-pertentangan yang cukup tajam. Victoria menolak kehadiran  New Zealand dalam federasi. Di New South Wales masalah federasi itu menimbulkan  kesimpangsiuran karena sikap partai atau kelompok politik dalam parlemen.
            Jika masalah federasi Australia itu tetap ditangani hanya oleh para  politisi saja, kemungkinan realisasinya akan terus tertunda. Melihat  kecenderungan seperti itu, rakyat mulai ikut campur tangan. Di berbagai koloni  kemudian terbentuk liga federal. Mereka mengadakan konferensi besar tanpa  meminta perhatian dari para politisi. Gerakan rakyat ini didukung oleh  Australian Native Association (ANA), yaitu organisasi orang-orang yang  dilahirkan di Australia. Dr. John Quick, utusan dari Bendigo yang juga seorang  anggota terkemuka liga federal itu, berkampanye untuk penyusunan konstitusi  baru dan mengusulkan agar konsep baru itu sebaiknya diputuskan oleh rakyat  secara langsung, bukan oleh parlemen setiap koloni. Dalam garis besarnya, ide  Quick yang dijadikan pedoman itu adalah sebagai berikut:
a.       Dorongan kearah federasi itu hendaknya berasal langsung dari rakyat
b.       Konstitusi baru hendaknya disusun  oleh suatu konvensi yang anggota-anggotanya dipilih langsung oleh rakyat
c.       Konsep konstitusi itu selanjutnya diserahkan kepada rakyat untuk diterima  atau ditolak
d.      Jika konstitusi itu telah diterima di dua atau lebih koloni, maka  hendaknyalah konstitusi itu disahkan oleh parlemen Inggris sebagai hukum yang  berlaku untuk seluruh koloni.
      Lama kelamaan para politisi  mulai tertarik lagi, dan menampilkan kembali gerakan federasi itu ke permukaan.  Parkes yang pada tahun 1895 sudah berusia 80 tahun lalu digantikan oleh Edmund  Barton sebagai pemimpin gerakan federasi tersebut. Ia didampingi juga oleh  Alfred Deakin, pemimpin dari Victoria. Sementara itu rakyat terus berjuang dan  akhirnya pemerintah setiap koloni menyetujui diselenggarakannya konvensi kedua.
            Dalam konvensi kedua,  rancangan konstitusi yang disusun dalam konvensi pertama (1891) dilengkapi dan  disempurnakan hingga mencapai bentuk dan isi yang diharapkan pada masa itu.  Masalah utama yang harus dipecahkan dalam konvensi itu adalah seberapa besar  kekuasaan yang harus diserahkan kepada pemerintahan sentral atau pemerintahan  federal. Karena bentuk yang mereka hendaki adalah bentuk federasi, bukan negara  kesatuan, maka hanya ada dua pilihan. Pertama, tiap koloni mempunyai kekuasaan  tertentu. Kekuasaan yang dikehendaki itu disebut secara teliti dan tegas, baru  sisanya diserahkan kepada pemerintahan federal. Kedua, disebutkan secara tegas  kekuasaan apa saja yang diserahkan kepada pemerintah federal lalu semua  kekuasaan lainnya yang tersisa dipegang oleh pemerintahan koloni. Ini berarti  kekuasaan pemerintah federal dibatasi dan dengan tegas memelihara hak-hak dan  kekuasaan pemerintah negara bagian. 
            Konvensi memutuskan sistem pemerintahan di mana pemerintahan federal  memegang kekuasaan atas hal-hal tertentu, yaitu pertahanan, bea dan cukai, hubungan  luar negeri, perdagangan luar negeri, pos dan telegraf, imigrasi dan pelayaran.  Ketentuan apa saja yang dikeluarkan oleh Parlemen Federal tentang hal-hal  tersebut, maka dengan sendirinya lebih kuat dari ketentuan parlemen negara  bagian. Konvensi juga menetapkan nama federasi yang akan dibentuk itu, yaitu  Commonwealth of Australia.
            Langkah selanjutnya adalah mengadakan referendum di seluruh koloni untuk  meminta pendapat rakyat terhadap konstitusi yang telah diputuskan dalam  konvensi kedua tersebut. Kecuali di New South Wales, untuk persetujuan hanya  dibutuhkan suara mayoritas sederhana. Untuk New South Wales kondisi yang  ditetapkan adalah persetujuan didukung oleh paling sedikit 80.000 suara. Pada  tahun 1898 diselenggarakan referendum di Victoria, Australia Selatan, Tasmania,  dan New South Wales. Queensland dan Australia Barat menangguhkan pelaksanaan  referendum. Hasil dari referendum tersebut yaitu:
1.      Victoria, Australia Selatan dan Tasmania menyetujui system pemerintahn  sebagai mana digariskan dalam konsep konstitusi yang dihasilkan pada konvensi  kedua.
2.      Mayoritas rakyat di empat koloni menghendaki system pemerintahan baru dalam  bentuk federasi
3.      Sekalipun mayoritas rakyat di empat koloni itu menghendaki system  pemerintahan baru itu namun referendum ini tergolong gagal, kkarena New South  Wales tidak berhasil mencapai jumlah dukungan yang ditetapkan. New South Wales  menuntut suatu janji bahwa ibu kota Common Wealth Of Austrlia berada di  wilayahnya. 
            Pada  tahun 1899 referendum yang kedua. Kali ini lima koloni yang menyelenggarakan  referendum, dan hasilnya sebagai berikut:
1.      Mayoritas penduduk di lima koloni menyetujui federasi dengan konstitusi  yang sudah mendapat amandemen
2.      Jumlah suara yang disetujui di New South Wales melebihi jumlah yang  ditentukan, sehingga referendum ini berhasil menggolkan gerakan federasi.
      Perlu dicatat bahwa dalam  referendum kedua ini, rakyat yang ikut member suaranya kurang dari 60% dari  rakyat yang sesungguhnya memenuhi syarat.
            Tanpa menunggu Australia  Barat, kelima koloni mengirimkan rancangan konstitusi federal itu ke Inggris  untuk disahkan oleh Parlemen Inggris. Akhirnya, pemerintah Inggris dalam tahun  1900 mengeluarkan undang-undang yang mengijinkan pembentukan federasi tanpa  Australia Barat. Undang-undang itu disebut Australian Commonwealth Act.  Sementara itu Australia Barat menyelenggarakan referendum dan hasilnya adalah  44.800 setuju dan 19.601 menolak. Dengan demikian, ketika Commonwealth of  Australia menjadi kenyataan, federasi itu meliputi enam koloni yang nantinya menjadi  negara bagian.
Akhirnya gerakan persatuan di Australia berhasil, setelah 50 tahun lamanya  terpecah-pecah. The commonwealth of Australia menjadi kenyataan pada tanggal 1  Januari 1901, kurang lebih tiga minggu sebelum Ratu Victoria meninggal. Pada tanggal  9 Mei 1901, raja Edward VII, diwakili oleh anaknya, Duke of York, membuka  secara resmi siding pertama parlemen Federal di Melbourne. Perdana menteri  pertama untuk federai yang baru lahir adalah Edmund Barton. Melbourne sementara  menjadi tempat kedudukan pemerintahan federal hingga kemudian dipindahkan Ke  Canberra tahun 1927.
DAFTAR PUSTAKA
1.       Siboro, J (1989) Sejarah Australia, Bandung : Tarsito
3.      Asril,M.Pd. Sejarah Australia dan Oceania.Pekanbaru:FKIP Universitas  Riau