GERAKAN PEMUDA YANG BERSIFAT KESUKUAN DAN KEAGAMAAN
Sabtu, 18 Juni 2016
Edit
Titin sumarni/SI/IV
a.  Trikoro Dharmo/Jong Java
Gerakan pemuda Indonesia sebenarnya telah dimulai  sejak berdirinya Budi Utomo. Sebab para pendiri Budi Utomo sebenarnya para  pemuda yang masih menjadi murid-murid STOVIA. Namun sejak kongresnya yang  pertama, Budi Utomo telah diambil alih kaum priyayi (bangsawan) dan para  pegawai negeri, sehingga para pemuda kecewa lalu keluar dari Budi Utomo.
Pada 7 Maret 1915, para pemuda keluaran Budi Utomo  mendirikan organisasi pemuda yang disebut Trikoro Dharmo di Jakarta. Para  pemimpinnya antara lain: R. Sukiman Wiryosanjoyo (Ketua), Sunardi-Wongsonegoro  (wakil ketua), Sutomo (Sekretaris). Sementara itu, para anggotanya: Muslich,  Musodo, dan Abdul Rachman. Yang diterima sebagai anggota hanya anak-anak  sekolah menengah yang berasal dari pulau Jawa dan Madura.Trikoro Dharmo artinya  "Tiga Tujuan Mulia", yaitu: sakti, budi, dan bakti. Adapun tujuan organisasi  ini ialah:
(1)  mempererat tali hubungan, antara murid-murid bumi putera pada sekolah menengah  dan                                perguruan kejuruan;
(3)  membangkitkan dan mempertajam perasaan buat segala bahasa dan kebudayaan  Hindia;
(4)  memperkokoh rasa persatuan dan persatuan di antara pemuda-pemuda Jawa, Sunda,  Madura, Bali dan Lombok; Pada tahun 1918 lewat kongresnya yang pertama di Solo,  nama Trikoro Dharmo diubah menjadi Jong Java. 
Hal ini dimaksudkan agar para pemuda di luar Pulau  Jawa, tata sosialnya berdasarkan budaya Jawa akan mau, memasuki Jong Java.  Kegiatan Jong Java berkisar pada masalah sosial dan kebudayaan, misalnya  pemberantasan buta huruf, kepanduan, kesenian. Jong Java tidak ikut terjun  dalam dunia politik dan tidak pula mencampuri urusan agama tertentu. Bahkan  para anggotanya dilarang menjalankan politik atau menjadi anggota partai  politik. Akan tetapi, sejak tahun 1942, karena pengaruh gerakan radikal, maka  Syamsuridjal (ketuanya) mengusulkan agar anggota yang sudah berusia 18 tahun  diberi kebebasan berpolitik dan agar Jong Java memasukkan program memajukan  agama Islam. Usul ini ditolak, akibatnya para anggotanya yang menghendaki  tujuan ke dalam dunia politik dan ingin memajukan agam Islam mendirikan Jong  Islamieten Bond. Organisasi ini dipimpin Haji Agus Salim.
b.  Jong Sumatranen Bond (9 Desember 1917)
Setelah Jong Java, para pemuda Sumatera yang belajar  di Jakarta, pada tanggal 9 Desember 1917 mendirikan organisasi serupa yang  disebut Jong Sumatranen Bond. Adapun tujuannya adalah:
(1)  mempererat ikatan persaudaraan antara pemuda-pemuda pelajar Sumatra dan  membangkitkan perasaan bahwa mereka dipanggil untuk menjadi pemimpin dan  pendidik bangsanya.
(2)  membangkitkan perhatian anggota-anggotanya dan orang luar untuk menghargai  adapt istiadat, seni, bahasa, kerajinan, pertanian dan Sejarah Sumatra.
Untuk  mencapai tujuan itu, dilakukan usaha-usaha sebagai berikut:
(a)  menghilangkan adanya perasaan prasangka etnis di kalangan orang-orang Sumatera;
(b)  memperkuat perasaan saling membantu;
(c)  bersama-sama mengangkat derajat penduduk Sumatra dengan alat propaganda,  kursus, ceramah-ceramah dan sebagainya.
Berdirinya Jong Sumatranen Bond ternyata dapat  diterima oleh pemuda-pemuda Sumatera yang berada di kota-kota lainnya. Oleh  karena itu, dalam waktu singkat organisasi ini sudah mempunyai cabng-cabangnya  di Jakatra, Bogor, Serang, Sukabumi, Bandung, Purworejo, dan Bukittinggi. Dari  organisasi inilah kemudian muncul tokoh-tokoh nasional seperti Moh. Hatta, Muh.  Yamin, dan Sutan Syahrir. Atas kesadaran nasionalisme, nama Jong Sumatranen  Bond yang menggunakan istilah bahasa Belanda, diubah menjadi Pemoeda Soematra.
c.  Jong Ambon
Jong Ambon didirikan pada tahun 1918. Sebelum itu  sebenarnya telah lahor berbagai organisasi yang didirikan oleh orang-orang  Ambon. Misalnya: Ambons Studiefonds (1909) oleh Tehupeilory, Ambons Bond (1911)  untuk pegawai negeri, Mena Muria (1913) di Semarang, dan Sou Maluku Ambon di  Ambon. Pada 9 Mei 1920, A.J Patty mendirikan Serikat Ambon di Semarang.  Tujuannya yaitu ntuk mempersatuakan semua organisasi Ambon, hingga menjadi  organisasi politik Ambon yang pertama. Karena ia sangat aktif melakukan  kampanye di mana-mana. Akhirnya ia ditangkap oleh pemerintah kolonial dan  diasingkan. Perjuangan berikutnya diteruskan oleh Mr. Latuharhary.
d.  Jong Minahasa dan Jong Celebes
Jong Minahasa dan Jong Celebes didirikan pada 25  April 1919 oleh tokoh-tokoh muda Minahasa yaitu Samuel Ratulangie. Jong  Minahasa tampaknya sebagai lanjutan dari organisasi yang telah dibentuk sejak  1912 di Semarang, yaitu Rukun Minahasa. Tahun 1917 muncul pula organisasi  Minahasa Celebes di Jakarta. Tetapi dalam kenyataan Jong Minahasa dan Jong  Celebes tidak bisa tumbuh menjadi besar karena jumlah pelajar dari Sulawesi  tidak begitu banyak.
e.  Perkumpulan Pemuda Daerah lainnya
Dengan berdirinya Jong Java, Jong Sumatranen Bond,  suku-suku bangsa lainnya juga tidak ketinggalan. Mereka ikut mendirikan  organisasi berbagai perkumpulan pemuda, antara lain:
(1)  Sekar Rukun (1920), didirikan oleh para pemuda Sunda di Jakarta.
(2)  Pemuda Betawi, didirikan oleh para pemuda asli Jakarta yang dipimpin oleh Husni  Thamrin.
(3)  Timorsch Verbond, didirikan di makasar (8 Juni 1922) untuk suku Timor
(4)  Jong Batak Bond, didirikan untuk suku Batak pada tahun 1926.
f.  Organisasi Pemuda yang bersifat Keagamaan
(1)  Muda Kristen Djawi (MKD) 
didirika pada tahun 1920. Mula-mula menggunakan  bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar dan pergaulan, akan tetapi akhirnya  diganti dengan bahasa Indonesia, Perkumpulan-Perkumpulan Pemuda Kristen (PPPK).
(2)  Jong Islamieten Bond (JIB), 
didirikan pada tanggal 1 januari 1925 oleh  Syamsuridjal (Raden Sam). Semula ia sebagai ketua Jong Java, oleh karena kedua  usulnya dalam kongres ditolak. Ia bersama kawannya keluar dari Jong Java,  kemudian mendirikan Jong Islamieten Bond yaitu organisasi pemuda yang  berdasarkan Islam. Tujuannya adalah untuk mempererat persatuan dikalangan  pemuda Islam dan memajukan agama Islam bagi anggotaanggotanya.Adapun  kegiatannya antara lain: mengadakan kursus-kursus agama Islam, darmawisata,  olah raga dan seni,ceramah-ceramah dan study club, menerbitkan majalah, brosur,  buku-buku dan sebagainya.
(3)  Persatuan Murid-murid Diniyah School (PMDS). 
Ini adalah organisasi pemuda di dalam lingkungan  keagamaan (Diniyah School). Organisasi ini didirikan oleh Zainuddin Labai El  Yunusy di Padang Panjang (Sumatra Barat) tanggal 10 Oktober 1915.
g.  Organisasi-Organisasi Wanita Atas Dasar Emansipasi
Konsep egaliterianisme (persamaan) dalam Revolusi  Prancis ternyata menyangkut masalah bias gender. Kaum wanita yang sebelumnya  menjadi makhluk kedua sesudah pria, setelah Revolusi Prancis menjadi lebih  berani dan percaya diri bahwa mereka pun sama dengan kaum pria yang memiliki  tanggung jawab sosial yang relatif sama. Pergerakan paham emansipasi pada  gilirannya mencapai Indonesia pula yang tengah dalam giatgiatnya membangun  kesadaran kebangsaan.
Seperti halnya dengan para pemuda, kaum perempuan  Indonesia tidak ketinggalan dalam menyumbangkan tenaga dan pikirannya dalam  memperluas dan memperkuat perasaan kebangsaan. Mereka juga mendirikan  organisasi-organisasi kewanitaan, dengan menitik beratkan perjuangannya pada  perbaikan kedudukan sosial wanita. Seperti halnya hal yang menyangkut  perkawinan, keluarga, peningkatan pengetahuan, pendidikan, dan keterampilan  wanita. Pada mulanya gerakan mereka merupakan bagian dari organisasi lokal  kedaerahan atau keagamaan. 
Daftar  Pustaka
Asril.2016.sejarah indonesia dari  penjajahan jepang hingga kemerdekaan.fkip universitas riau,pekanbaru.
Djoened,marwanti.1981.  Sejarah Nasional Indonesia, Hal 64-70. Dinas  Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. 
Djoened, Marwati P.N.N.Sejarah nasional indonesia V: balai purtaka, Jakarta.
Kartodirjdo,Sartono.1993.Pengantar sejarah indonesia baru  jilid II.Jakarta.
Slamet,Muljana.Kesadaran  nasionalisme jilid I.Yogyakarta.