SEJARAH INDRAGIRI HILIR
Rabu, 03 Januari 2018
Edit
NURLIZA  SEMBIRING/015A/SR
Tembilahan  merupakan sebuah Kota ibukota  Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi  Riau.  Tembilahan memiliki luas wilayah 297,62 km�, terdiri dari 6  kelurahan. Ibu kota kecamatan adalah Kota Tembilahan. Jumlah  penduduk Tembilahan tahun 2002 adalah 52.773 jiwa.
Batas wilayah Kota Tembilahan memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
�          Sebelah utara berbatasan dengan  Kecamatan Batang Tuaka.
�          Sebelah timur berbatasan dengan Kec.  Kuala Indragiri dan Tanah Merah.
�          Sebelah selatan berbatasan dengan  Kecamatan Enok.
�          Sebelah barat berbatasan dengan Kec.  Tembilahan Ulu dan Batang Tuaka
Keadaan  tanah daerah ini sebagian besar terdiri dari tanah gambut dan endapan sungai  serta rawa-rawa. Pusat Pemerintahan Wilayah Kecamatan dari permukaan laut  adalah 1 s/d 4 meter. Ditepi-tepi sungai dan muara parit-parit banyak terdapat  tumbuh-tumbuhan seperti pohon Nipah. Karena kecamatan ini merupakan daerah  gambut, maka daerah ini digolongkan daerah beriklim tropis basah, apabila  diperhatikan jumlah hari hujan daerah ini yang memiliki ketinggian rata-rata  2,5 meter dari permukaan laut, tercatat hari hujan yang tertinggi pada bulan  Maret 1999 yaitu 11 hari, sedangkan angka yang terendah pada bulan Juni 1999  yaitu 4 hari.
Penduduk
Penduduk  Kecamatan Tembilahan terdiri dari berbagai suku bangsa yaitu suku Banjar, suku  Bugis, suku Melayu, suku Minang, suku Jawa, suku Batak serta warga negara  keturunan Tionghoa. Mata pencaharian utama penduduk Kecamatan Tembilahan adalah  di sektor pertanian.
Kecamatan
Batang  Tuaka � Enok � Gaung � Gaung Anak Serka � Kateman � Kemuning � Keritang � Kuala  Indragiri � Mandah � Pelangiran � Pulau Burung � Reteh � Tanah Merah � Teluk  Balengkong � Tembilahan � Tembilahan Hulu � Tempuling
SEJARAH  INDRAGIRI HILIR
            Untuk  melihat latar belakang sejarah berdirinya Kabupaten Indragiri Hilir sebagai  salah satu daerah otonom, dapat ditinjau dalam dua periode, yaitu periode  sebelum kemerdekaan dan periode sesudah kemerdekaan Republik Indonesia.
1.  Periode Sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia
a.  Kerajaan Keritang
            Kerajaan  ini didirikan sekitar awal abad ke-6 yang berlokasi di wilayah Kecamatan  Keritang sekarang. Seni budayanya banyak dipengaruhi oleh agama Hindu,  sebagaimana terlihat pada arsitektur bangunan istana yang terkenal dengan sebutan  Puri Tujuh (Pintu Tujuh) atau Kedaton Gunung Tujuh. Peninggalan kerajaan ini  yang masih dapat dilihat hanya berupa puing.
b.  Kerajaan Kemuning
            Kerajaan  ini didirikan oleh raja Singapura ke-V yang bergelar Raja Sampu atau Raja  Iskandarsyah Zulkarnain yang lebih dikenal dengan nama Prameswara. Pada tahun  1231 telah diangkat seorang raja muda yang bergelar Datuk Setiadiraja. Letak  kerajaan ini diperkirakan berada di Desa Kemuning Tua dan Desa Kemuning Muda.  Bukti-bukti peninggalan kerajaan ini adalah ditemukannya selembar besluit  dengan cap stempel kerajaan, bendera dan pedang kerajaan.
c.  Kerajaan Batin Enam Suku
            Pada  tahun 1260, di daerah Indragiri Hilir bagian utara, yaitu di daerah Gaung Anak  Serka, Batang Tuaka, Mandah dan Guntung dikuasai oleh raja-raja kecil bekas  penguasa kerajaan Bintan, yang karena perpecahan sebagian menyebar ke daerah  tersebut. Diantaranya terdapat Enam Batin (Kepala Suku) yang terkenal dengan  sebutan Batin Nan Enam Suku, yakni : Suku Raja Asal di daerah Gaung. Suku Raja  Rubiah di daerah Gaung. Suku Nek Gewang di daerah Anak Serka. Suku Raja Mafait  di daerah Guntung. Suku Datuk Kelambai di daerah Mandah. Suku Datuk Miskin di  daerah Batang Tuaka
d.  Kerajaan Indragiri
            Kerajaan  Indragiri diperkirakan berdiri tahun 1298 dengan raja pertama bergelar Raja  Merlang I berkedudukan di Malaka. Demikian pula dengan penggantinya Raja  Narasinga I dan Raja Merlang II, tetap berkedudukan di Malaka. Sedangkan untuk  urusan sehari-hari dilaksanakan oleh Datuk Patih atau Perdana Menteri. pada tahun  1473, waktu Raja Narasinga II yang bergelar Paduka Maulana Sri Sultan Alauddin  Iskandarsyah Johan Zirullah Fil Alam ( Sultan Indragiri IV ), beliau menetap di  ibu kota kerajaan yang berlokasi di Pekan Tua sekarang.Pada tahun 1815, dibawah  Sultan Ibrahim, ibu kota kerajaan dipindahkan ke Rengat. dalam masa  pemerintahan Sultan Ibrahim ini, Belanda mulai campur tangan terhadap kerajaan  dengan mengangkat Sultan Muda yang berkedudukan di Peranap dengan batas wilayah  ke Hilir sampai dengan batas Japura.Selanjutnya, pada masa pemerintahan Sultan  Isa, berdatanganlah orang � orang dari suku Banjar dan suku Bugis sebagai  akibat kurang amannya daerah asal mereka. Khusus untuk suku Banjar,  perpindahannya akibat dihapuskannya Kerajaan Banjar oleh Gubernement pada tahun  1859 sehingga terjadi peperangan sampai tahun 1963.
e.  Masa Penjajahan Belanda
            Dengan  adanya tractaat Van Vrindchaap  ( perjanjian perdamaian dan persahabatan ) tanggal 27 September 1938 antara  Kerajaan Indragiri dengan Belanda, maka Kesultanan Indragiri menjadi Zelfbestuur. berdasarkan ketentuan  tersebut, di wilayah Indragiri Hilir ditempatkan seorang Controlleur yang membawahi 6 daerah  keamiran : Amir Tembilahan di Tembilahan. Amir Batang Tuaka di Sungai Luar.  Amir Tempuling di Sungai Salak. Amir Mandah dan Gaung di Khairiah Mandah. Amir  Enok di Enok. Amir Reteh di Kotabaru Controlleur  memegang wewenang semua jawatan, bahkan juga menjadi hakim di pengadilan  wilayah ini sehingga Zelfbestuur Kerajaan  Indragiri terus dipersempit sampai dengan masuknya Jepang tahun 1942.
f.  Masa Pendudukan Jepang
            Balatentara  Jepang memasuki Indragiri Hilir pada tanggal 31 Maret 1942 melalui Singapura  terus ke Rengat. Tanggal 2 April 1942 Jepang menerima penyerahan tanpa syarat  dari pihak Belanda yang waktu itu dibawah Controlleur K. Ehling . Sebelum tentara Jepang mendarat untuk  pertama kalinya di daerah ini dikumandangkan lagu Indonesia Raya yang  dipelopori oleh Ibnu Abbas.
            Pada  masa pendudukan Jepang ini Indragiri Hilir dikepalai oleh seorang Cun Cho yang berkedudukan di Tembilahan  dengan membawahi 5 Ku Cho,  yaitu : Ku Cho Tembilahan dan  Tempuling di Tembilahan. Ku Cho  Sungai Luar. Ku Cho Enok. Ku Cho Reteh. Ku Cho Mandah.Pemerintahan Jepang di Indragiri Hilir sampai  bulan Oktober 1945 selama lebih kurang 3,5 tahun.
2.  Periode Setelah Berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia 
            Pada  awal Kemerdekaan RI, Indragiri (Hulu dan Hilir) masih merupakan satu kabupaten.  Kabupaten Indragiri ini terdiri atas 3 kewedanaan, yaitu Kewedanaan Kuantan  Singingi dengan ibukotanya Taluk Kuantan, Kewedanaan Indragiri Hulu dengan  ibukotanya Rengat dan Kewedanaan Indragiri Hilir dengan ibukotanya Tembilahan.
Kewedanaan Indragiri Hilir membawahi 6 wilayah yaitu : Wilayah Tempuling/Tembilahan. Wilayah Enok. Wilayah Gaung Anak Serka. Wilayah Mandah/Kateman. Wilayah Kuala Indragiri. Wilayah Reteh Perkembangan tata pemerintahan selanjutnya, menjadikan Indragiri Hilir dipecah menjadi dua kewedanaan masing-masing : a. Kewedanaan Indragiri Hilir Utara meliputi kecamatan : Kecamatan Tempuling. Kecamatan Tembilahan. Kecamatan Gaung Anak Serka. Kecamatan Mandah. Kecamatan Kateman. Kecamatan Kuala Indragiri dengan ibukotanya Tembilahan. b. Kewedanaan Indragiri Hilir Selatan meliputi kecamatan : Kecamatan Enok. Kecamatan Reteh dengan ibukotanya Enok.
Kewedanaan Indragiri Hilir membawahi 6 wilayah yaitu : Wilayah Tempuling/Tembilahan. Wilayah Enok. Wilayah Gaung Anak Serka. Wilayah Mandah/Kateman. Wilayah Kuala Indragiri. Wilayah Reteh Perkembangan tata pemerintahan selanjutnya, menjadikan Indragiri Hilir dipecah menjadi dua kewedanaan masing-masing : a. Kewedanaan Indragiri Hilir Utara meliputi kecamatan : Kecamatan Tempuling. Kecamatan Tembilahan. Kecamatan Gaung Anak Serka. Kecamatan Mandah. Kecamatan Kateman. Kecamatan Kuala Indragiri dengan ibukotanya Tembilahan. b. Kewedanaan Indragiri Hilir Selatan meliputi kecamatan : Kecamatan Enok. Kecamatan Reteh dengan ibukotanya Enok.
3.  Pemekaran Kabupaten Indragiri Hilir
            Merasa  persyaratan administrasinya terpenuhi maka masyarakat Indragiri Hilir memohon  kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur Riau, agar Indragiri Hilir  dimekarkan menjadi Kabupaten Daerah Tingkat II yang berdiri sendiri (otonom).Setelah  melalui penelitian, baik oleh Gubernur maupun Departemen Dalam Negeri, maka  pemekaran diawali dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah  Tingkat I Riau (Propinsi Riau) tanggal 27 April 1965 nomor 052/5/1965 sebagai  Daerah Persiapan Kabupaten Indragiri Hilir.Pada tanggal 14 Juni 1965  dikeluarkanlah Undang-undang nomor 6 tahun 1965 Lembaran Negara Republik  Indonesia no. 49, maka Daerah Persiapan Kabupaten Indragiri Hilir resmi  dimekarkan menjadi Kabupaten Daerah Tingkat II Indragiri Hilir (sekarang Kabupaten  Indragiri Hilir) yang berdiri sendiri, yang pelaksanaannya terhitung tanggal 20  November 1965. Sumber :
II.  ARTI LAMBANG
Motif-motif  yang terdapat pada Lambang Daerah Kabupaten Indragiri Hilir mempunyai  pengertian sebagai berikut :
A.    Sket  Puri Tujuh : Melambangkan aspek sejarah/kebudayaan  daerah Kabupaten Indragiri Hilir pada periode Melayu Tua seperiode dengan  kerajaan Sriwijaya, maka di Indragiri Hilir ada sebuah Kerajaan Melayu yang  bernama Keritang terkenal karena Puri Tujuh yang Gapura (Pintu Gerbang)  sebanyak tujuh lapis. Dapat pula diartikan sebagai sampiran bahwa di daerah  Kabupaten Indragiri Hilir mengalir tujuh buah sungai besar. Landasan Puri Tujuh  yaitu Sket Perahu dengan Perigi memiliki nilai historis yaitu kebesaran  Indragiri Hilir lama, juga mempunyai makna masa depan kejayaan di laut dan di  sungai dengan semangat yang tidak kunjung padam.
B.     Warna  Dasar Hijau Daun Tua : Melambangkan kesuburan tanah  Indragiri Hilir. 
C.  Simpul Tali 65 Pintal :     1.  Melambangkan persatuan rakyat.
2. Tahun terbentuknya Kabupaten Indragiri Hilir.
D.  Padi dan Kelapa : 1. Melambangkan hasil utama daerah Kabupaten  Indragiri Hilir2. Tahun terbentuknya Kabupaten Indragiri Hilir.
  2. Empat belas butir padi merupakan tanggal terbentuknya Kabupaten Indragiri  Hilir.
3. Enam buah bibit kelapa merupakan bulan terbentuknya Kabupaten Indragiri Hilir.
E.  Gelombang 5 Lapis :Melambangkan bahwa Indragiri Hilir  adalah bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berfalsafah Pancasila.Top  of Form    3. Enam buah bibit kelapa merupakan bulan terbentuknya Kabupaten Indragiri Hilir.
Proof.Drs.suwardi  MS, Drs.Kamaruddin,M.Si, Asril.M.Pd, Sejarah Lokal,PT. Sutra Benta Perkasa,2014  
Hamidy.U.U, Khazanah,  Sedari. Melongok 99 Kisah Mengabadi, Bahana Mahasiswa,Bahana Press, Juli 2013
http://www.sejarahnya.com/2017/04/sejarah-umum-kabupaten-indragiri-hilir.html
http://www.sejarahnya.com/2017/04/sejarah-umum-kabupaten-indragiri-hilir.html