KESENIAN UNIK MUSIK TRADISIONAL GONDANG BOROGONG DARI UJUNG BATU KABUPATEN ROKAN HULU
Sabtu, 18 Juni 2016
Edit
WIWIK SAFITRI /PBM
Musik  tradisional Gondang Borogong adalah salah satu seni musik tradisional yang  dapat menggerakkan batin dan raga serta identik dengan seni silat yang berasal  dari Kabupaten Rokan Hulu. Ki Hadjar  Dewantara mengemukakan bahwa seni merupakan perbuatan manusia yang timbul  dari perasaannya dan bersifat indah, sehingga dapat menggerakkan jiwa dan  perasaan manusia. Selain itu Achdiat  Kartamihardja mengemukakan bahwa seni adalah kegiatan rohani manusia yang  mereflesikan realitas ke dalam suatu karya. Bentuk dan isinya mempunyai daya  untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam batin penerimanya. Adapun  pendapat dari Schopenhauer, seni  adalah  suatu usaha untuk menciptakan  bentuk-bentuk yang menyenangkan. Meskipun musik adalah seni yang paling  abstrak, namun tiap-tiap orang menyukainya. Thomas Munro mengemukakan bahwa seni adalah alat buatan manusia  untuk menimbulkan efek efek psikologis atas manusia lain (penerima) yang  melihatnya. Efek-efek tersebut mencakup segala tanggapan  yang berwujud pengamatan, imajinasi yang  rasional maupun emosionaal. Ke empat pendapat ini berkaitan konteksnya dengan  seni musik tradisional Gondang Borogong yang dapat menggerakkan batin dan raga  si penglihat.
A.  Asal-usul
Gondang  Borogong adalah perpaduan irama musik tradisional yang ada di Ujung Batu  Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Keberadaan musik tradisional Gondang  Borogong mulai tercipta pada tahun 1937 yang dahulu namanya adalah Celempong.  Bentuk alat musik Gondang Borogong ini berupa Celempong 6 buah, Gondang 2 buah  dan Gong 1 buah. Jauh sebelum itu tepatnya abad ke-14 orang memakai alat musik  ini dengan menggunakan kayu yang diberi nama Gambang. Setelah peresmian Raja  Rokan turun temurun dengan 9 Raja 2 Sultan, maka lambat laun habislah keturunan  Raja. Oleh karena itu Rokan pada saat itu membutuhkan seorang pemimpin, maka  diambilah keturunan Raja dari Paguruyung Sumatera Barat yang bernama Tengku  Ibrahim. Dalam penobatan ini diadakan acara Borelek  Godang  untuk peresmian Raja Rokan  yang baru, dan acara tersebut diadakan   selama 7 hari 7 malam. Pada saat itu Raja ingin mendengarkan musik  Gambang yang ada di Rokan, maka dipanggillah 2 orang pakar seni pada masa itu  untuk membunyikan Gambang. Akan tetapi, Raja terlihat belum puas melihat  pertunjukan itu  sehingga beliau  mengundang kesenian tradisional Calempong dari Sumatera Barat tepatnya didaerah  Batu Sangkar. Tujuan dari Raja mengundang   kesenian tradisional tersebut yaitu beliau berkeinginan agar pakar seni  Rokan dan pakar seni Batu Sangkar saling mengenal alat musik tradisional satu  sama lain.
Setelah  acara itu berlangsung, maka dipanggillah pakar seni Gambang dan seni Celempong  oleh raja. Pada kesempatan itu disusunlah Gambang kayu oleh pakar Celempong,  tetapi mereka tidak dapat memainkannya karena bunyi Gambang itu mengambang.  Sehingga disuruhlah pakar seni Gambang untuk menyusun Celempong dan menuruti letak  Gambang yang mereka susun tadi. Kemudian disamakan dengan nada Gambang, jika  Gambang di pukul nomor 1 maka Celempong juga dipukul nomor 1 begitu seterusnya  sehingga kesimpulan dari pengujian bunyi itu Celemponglah yang mengikuti nada  dari Gambang
Kemudian  pada peristiwa itu terciptalah lagu- lagu berikut :
1.      Lagu Tigo Lalu Gonto  Kudo, lagi ini diambil dari peristiwa pada  saat Raja akan dibawa ke istana dengan menggunakan kuda
2.      Lagu Sanayuong,  yang berasal dari kata ke istana bang  yuong. Lagu ini diambil pada kejadian Raja menyuruh anaknya ke istana.
3.      Lagu Tigo Lalu,  lagu ini diambil dari peristiwa seorang calon pengganti Raja yang hendak pergi  kebalai tempat ia akan di nobatkan menjadi Raja baru dan beliau ditemani oleh  dua orang kakaknya.
4.      Lagu Tigo Bonti,  lagu ini diambil dari peristiwa Raja yang bersama kakaknya sampai ke balai  kemudian mereka berhenti  sesaat untuk  naik ke balai.
5.      Lagu Nanggunai,  diambil dari peristiwa penobatan Raja. Pada saat itu Raja memanggil kakak nya  untuk ikut naik ke balai.
6.      Lagu Kubik-kubik,  lagu ini maksudnya adalah memanggil orang tanpa bersuara. Pada saat itu sang  kakak yang menaiki balai memanggil orang orang untuk menyaksikan penobatan sang  Raja.
7.      Lagu Timbang Baju,  lagu ini tercipta ketika semua orang sudah berkumpul menyaksikan penobatan sang  Raja dan menimbang baju Raja yang akan di kenakanya.
8.      Lagu Atiek Bosa Sekali,  lagu ini tercipta ketika keluarga Raja mengadakan doa bersama dan bertahlil  setelah ia diresmikan.
9.      Lagu Atiek Bosa Duo  Kali, berhubung tamu undangan berdatangan, yang  bermaksud ingin berdoa dan bertahlil bersama, tentunya tahlil dilakukan dua  kali
10.  Lagu Kak Kak Jopuk Ku  Baliek, lagu ini tercipta setelah sesudah  selesai acara berdoa dan bertahlil bersama
11.  Lagu Anta Ku Pulang,  yang artinya antar aku pulang. Setelah penjemputan tadilah Raja yang juga  mempunyai dua kakak tadi meminta agar kakaknya mengantar ia pulang
12.  Lagu  Puti Dayang Bonai, lagu ini tercipta saat sang Raja telah sampai di istana dan  di inai-inai oleh para dayang.
Celempong  Rokan terdiri dari enam buah karena ke enam Celempong tersebut merupakan  bilangan penghulu dalam suku yang ada di Rokan. Sedangkan Gendang tradisional  Rokan hanya dua yaitu karena pada masa kerajaan dahulu Raja memiliki 2 orang  kepercayaan. Kemudian Gong itu hanya satu karena melambangkan seorang pemimpin  yaitu Raja. Itulah sejarah dan keberadaan musik tradisional Gondang Borogong,  yang berasal dari kata Gendang dan Gong.
B.  Alat-alat dalam musik  tradisional Gondang Borogong
a)     Celempong
            Pada musik tradisional Gondang  Borogong fungsi Celempong adalah sebagai pembawa melodi di setiap lagu. Pada  alat musik Celempong ini ada pemain poningkah ( pembuat bass) dan pemain polalu  (pembuat melodi)
b)    Tokok Celempong
Tokok Celempong adalah alat yang  fungsinya untuk menokok Celempong yang terbuat dari kayu mahang. Kayu ini  dipakai dengan pertimbangan ringan dan menghasilkan nada maksimal, serta tidak  merusak Celempong. Jika jenis kayu tidak ada, dapat digantikan dengan kayu lain  yang serupa atau sejenis.
Tokok polalu agak panjang bangkulnya,  karena memepertimbangkan pemakaian penokok yang cepat serta menghasilkan nada  yang melengking. Sedangkan tokok poningkah agak bulat telur bangkulnya dengan  pertimbangan menghasilkan nada bass yang keras dan bulat
c)     Ogong
Ogong atau yang disebut dengan Gong  adalah alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul, nada yang dihasilkan dari  Gong ini adalah " gung ". Ogong digantung dengan tali yang ditahan oleh kutimba  untuk menjaga keseimbangan Ogong serta memberikan bunyi yang di inginkan
C.  Fungsi dan makna dari  musik tradisional Gondang Borogong di Ujung Batu Kabupaten Rokan Hulu
1.     Fungsi musik Gondang  Borogong
a)     Untuk penobatan Raja  zaman dahulu. Musik tradisional Gondang Borogong dimainkan ketika penobatan  raja tersebut berlangsung, dan dimainkan selama satu hari satu malam dan ditambah  sampai setengah hari lagi.
b)    Untuk menyambut bupati  dan tamu besar lainnya.
c)     Untuk hiburan pada  acara pernikahan. Pada umumnya musik Gondang Borogong yang dimainkan pada acara  pernikahan dilakukan ketika pihak pengantin laki-laki hendak memasuki gerbang  dan bertemu dengan pihak pengantin perempuan.
d)    Untuk hiburan pada  acara khitan.
e)     Untuk iringan musik  ketika hendak menanam padi.
f)     Untuk hiburan menjalang  mamak pada saat hari Raya Idul Fitri dengan acara maaf-maafan. Acara ini  dilakukan satu minggu setelah hari Raya Idul Fitri berlangsung, dan biasanya  dilaksanakan di lembaga kerapatan adat.
g)    Untuk perlombaan pacu  sampan dalam rangka memeriahkan hari Raya Idul Fitri. Acara ini berlangsung  selama 3 hari  setelah hari Raya Idul  Fitri, yang diadakan di Sungai Rokan. Selama perlombaan tersebut berlangsung  Gondang Borogong terus di mainkan sampai acara perlombaan pacu sampan selesai.  Acara ini dimulai dari siang sampai sore.
h)   Untuk  acara hiburan dalam rangka HUT-RI, biasanya di Ujung Batu mengadakan berbagai  macam perlombaan salah satunya panjat pinang. Pada saat perlombaan panjat  pinang inilah musik Gondang Borogong dimainkan hingga perlombaan selesai.
2.    Makna  musik Gondang Borogong
Makna musik Gondang  Borogong bagi masyarakat Ujung Batu yaitu :
a)    Sebagai  identitas budaya, disetiap kampung-kampung di Rokan Hulu kelompok seni  tradisional Gondang Borogong selalu ada, meski dengan keterbatasan alat. Namun  tradisi ini tetap bertahan sehingga seni tradisional Gondang Borogong ini telah  menjadi identitas bagi masyarakat Rokan Hulu sampai sekarang.
b)   Sebagai  simbol budaya setempat dan sangat tinggi nialinya dalam adat istiadat. Hanya  musik tradisional Gondang Borogong lah yang telah menjadi khasanah budaya Rokan  Hulu. Oleh karena itu, apapun itu acaranya baik acara besar maupun acara kecil  musik Gondang Borogong masih dipakai sampai saat ini dan di juluki sebagai  bunga adat.
D.  Bentuk musik  tradisional Gondang Borogong di Ujung Batu Kabupaten Rokan Hulu
            Gondang Borogong adalah suatu alat musik tradisional yang  meliputi khasanah budaya Rokan Hulu yang dimainkan oleh lima orang atau lebih,  alat musiknya merupakan perpaduan dari beberapa alat perkusi yang terdiri dari  Gong yang disebut Ogong bebrapa Gong berukuran kecil berjumlah enam buah  disebut Celempong. Biasanya susunan duduk dalam bermain musik tradisional  Gondang Bororgong, pemain Celempong ditengah dan dua orang pemain Gondang  berada pada sebelah kiri dan sebelah kanan pemain Celempong, dan pemain Ogong  berada di belakang pemain Celempong dan Gondang. Sedangkan dalam bentuk komposisi  musiknya didalam Gondang Borogong biasanya adalah sebuah bentuk komposisi musik  yang struktur lagunya disesuaikan dengan struktur lagu iringan tradisi.
E.  Kesimpulan
            Keberadaan  musik tradisional Gondang Borogong di Ujung Batu Kabupaten Rokan Hulu, provinsi  Riau ada sejak tahun 1937, yang dahulunya alat musik ini terbuat dari dari kayu  yang bernama Gambang. Tetapi karena Raja dulu menginginkan agar alat musik  tersebut lebih maju seperti Sumatera Barat yang saat itu sudah menggunakan  Celempong. Maka Raja juga ingin mentransformasikan alat musik Gambang menjadi  Celempong dengan nada Gambang. Sejak itulah Gambang menjadi Celempong, karena  seiringnya perkembangan zaman Celempong ini disebutkan menjadi Gondang Borogong  yaitu alat musik tradisional Rokan Hulu dan menjadi khasanah budaya Rokan Hulu  yang sangat tinggi nilainya dalam adat istiadat.
            Bentuk  alat musik tradisional Gondang Borogong di Ujung Batu Kabupaten Rokan Hulu  Provinsi Riau hampir sama dengan alat musik tradisional di daerah-daerah lain.  Gondang Borogong ini terdiri dari Celempong yang hanya enam buah, Gondang dua  buah, dan Gong satu buah.
            Fungsi  dan makna musik tradisional Gondang Borogong di Ujung Batu Kabupaten Rokan Hulu  Riau yaitu untuk menyambut tamu kebesaran pada acara-acara kebesaran serta adat  lainnya, untuk acara pernikahan, khitanan, untuk iringan musik pada masyarakat  ketika hendak menanam padi dan untuk acara menjalang mamak pada saat hari Raya  Idul Fitri dengan acara bermaaf-maafan. Sedangkan makna dari musik tradisional  Gondang Borogong adalah salah satu alat musik tradisional yang telah menjadi  khasanah budaya Rokan Hulu sangat tinggi nilainya dalam adat istiadat. Oleh  karena itu Gondang Borogong di juluki sebagai bunga adat di Rokan Hulu.
            Bentuk komposisi musik tradisional  Gondang Borogong di Ujung Batu Kabupaten Rokan Hulu yaitu memiliki  aturan-aturan dalam menggunakannya. Celempong yang dimainkan oleh dua orang  agar menghasilkan lagu yang harmonis. Gondang yang dimainkan oleh dua orang  dengan cara berdiri atau duduk, dan Gong yang dimainkan oleh satu orang dengan  cara duduk maupun berdiri sesuai dengan keadaan penyangkutan Ogong serta  ketinggiannya. Sedangkan bentuk komposisi musiknya yaitu Gondang Borogong tidak  dituliskan dalam bentuk komposisi notasi balok maupun not angka. Komposisi  Gondang Borogong ini biasanya dimainkan berdasarkan cara-cara tradisional,  seperti diajarkan secara langsung dengan mengahapal bunyi yang akan dimainkan.
    DAFTAR PUSTAKA
http://www.riau.go.id  ( diakses tanggal 18 mei 2016)
http://grenek.wordpress.com  (diakses tanggal 18 mei 2016)
kantor  pariwisata dan kebudayaan. 2007. Panduan  Alat Musik Gondang Borogong, Kabupaten Rokan Hulu.
Nusantara,  Yayat. 2007. Seni Budaya SMA Kelas XII.  Bekasi : Erlangga
Sumaryo.  L.E. 1978. Komponis, Pemain Musik, dan  Publik. Bandung : Alfabeta